• Jum'at, 07 Februari 2025
logo
DPRD Provinsi Kalimantan Timur

Dispora Kabupaten Kutai Kartanegara



Acara dialog pencegahan radikalisme dan terorisme.

TENGGARONG, (KutaiRaya.com) Polres Kutai Kartanegara (Kukar) menggelar acara Dialog Pencegahan Radikalisme dan Terorisme yang dilaksanakan di ruang Catur Prasetiya Polres Kukar Jum'at (30/12/22). Dialog tersebut diikuti oleh TNI, Polri, Pemerintah, Ormas, Akademisi dan Umum.

Acara tersebut dihadiri langsung Kapolres Kukar AKBP Hari Rosena beserta jajaran, Ketua MUI Kukar K.H Abdul Hanan, Rektir Unikarta Prof Dr Ir Ince Raden, Narasumber Ustadz M. Sofyan Tsauri, Dr. Sapto Priyanto Dosen Prodi Kajian Terorisme Universitas Indonesia .

Kapolres Kukar AKBP Hari Rosena mengatakan forum dialog pencegahan radikalisme dan terorisme diharapkan paling tidak mendapatkan ilmu yang bermanfaat bagi generasi muda sehingga gambaran tentang radikalisme dan terorisme dan bagaimana upaya untuk mencegahnya.

"Tentunya dengan kedatangan bapak-bapak sekalian dapat menambah wawasan pengetahuan, kemudian kepada para undangan juga dapat mendapatkan ilmu yang bermanfaat khususnya juga bagi Polres Kukar mendapatkan kebaikan." ungkap Heri Jum'at (30/12/22).

Ia mengungkapkan pancasila adalah dasar negara kesatuan Republik Indonesia falsafah dan pandangan hidup bangsa Indonesia yang melandasi pembangunan politik ekonomi sosial budaya hukum dan Perjuangan sejarah bangsa hingga saat ini senantiasa muncul berbagai upaya untuk menggoyahkan keutuhan NKRI dengan upaya mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi lain dengan pemahaman radikalisme dan terorisme.

"Jadi terorisme tidak hanya menimbulkan kerugian material dan nyawa serta menciptakan rasa takut di masyarakat melainkan juga mengoyahkan ikatan persaudaraan dan nilai-nilai toleransi yang terjadi perlu dipahami bersama bahwa ancaman terbesar terorisme bukan hanya terletak pada aspek fisik belaka tetapi juga peranan propaganda yang masih mendasar pada pola pikir dan pandangan masyarakat." ujarnya.

Heri menyebut target Terorisme adalah kalangan generasi muda selain aksi kekerasan yang selalu dipertontonkan secara mudah ke depan publik dan lain-lain yang satu diwaspadai dari gerakan ini adalah pengaruhnya yang dapat menginspirasi siapapun untuk melakukan kekerasan dan aksi teror di manapun berada, penggunaan agama sebagai topeng perjuangan politik bagi mereka telah berhasil mempercayai dan meracuni pikiran generasi muda.

"Untuk itu, mari kita bersama-sama mencegah dan menolak secara tegas keberadaan paham radikalisme dan terorisme karena bertentangan dengan ajaran Islam. Serta kita berkomitmen dan melakukan upaya aktif untuk menyangkal dan memberantas keberadaan paham radikalisme dan terorisme di wilayah khususnya di wilayah kabupaten Kukar, sehingga masyarakat dapat merasa aman nyaman dan dapat melaksanakan aktivitasnya kehidupan ekonomi menjadi baik."jelasnya.

Sementara Ketua MUI Kukar K.H Abdul Hanan menyakini tidak ada agama apapun yang mengajarkan terorisme, karena teroris itu orang yang tidak kuat yang tidak sesuai hatinya dengan keadaan negara indonesia.

"Perlu kita cermati bersama kita antisipasi bersama bagaimana yang pertama Kukar ini adalah tetap bersatu rukun tidak ada masalah terutama kita menghadapi tahun politik sebab politik itu kadang-kadang menggunakan segala cara." tuturnya.

Dan dakwah itu tujuannya adalah mengajak manusia menuju ke jalan kebaikan bukan cari kepuasan dan inilah yang akan menyesatkan semua umat beragama dan akan memisah belah semua masyarakat.

"Kami selaku Ketua MUI mengharapkan kepada seluruh pemimpin-pemimpin agama untuk tetap bersatu bahwa kita sepakat negara kita bukan negara agama, negara kita adalah negara istighfark negara yang kesepakatan dan kita ini adalah menerima warisan dari pendahulu kita."ucapnya.

Sementara Ustadz M. Sofyan Tsauri menambahkan dialog ini bentuk imunitas yang menjaga masyarakat agar tidak mudah terpapar pada paham paham toleransi radikal. Karena seorang teroris itu tidak ujuk-ujuk melakukan aksi terorisme, sebelum mempunyai paham-paham intoleran radikal. Tapi juga memberikan informasi penting, betapa ini sangat berbahaya tidak mengenal status sosial, pendidikan, dan sebagainya. Dengan ngumpul seperti ini secara tidak langsung memberikan informasi yang sangat penting bagi masyarakat agar tidak mudah terpapar paham-paham intolenransi radikalisme.

"Menurut saya hal yang harus diwaspadai untuk mencegah adanya radikalisme terutama perbatasan pintu masuk antara jalur-jalur misalnya ke malaysia lalu jalur ke philippine, jalur laut dan sebagainya. Keamanan harus ketat agar tidak ada celah."pungkasnya. (*dri)

Pasang Iklan
Top