• Senin, 08 Desember 2025
logo
DPRD Provinsi Kalimantan Timur



Siswa SMKN 2 yang tengah membuat batik di Festival Museum Kayu Tuah Himba. (Foto: Achmad Nizar/Kutairaya)


TENGGARONG, (KutaiRaya.com) : Sebagai upaya untuk menghidupkan kembali museum yang selama ini mengalami masa mati suri. Disdikbud Kukar adakan Festival Museum Kayu Tuah Himba. Museum yang menyimpan beragam benda bersejarah, karya seni, serta kesenian dahulu ini, kini diharapkan kembali dapat menarik minat masyarakat untuk berkunjung dan belajar tentang kekayaan budaya Kutai.

Kepala Bidang Kebudayaan Disdikbud Kukar, Puji Utomo menjelaskan, Festival ini memiliki dua tujuan yaitu untuk memperkenalkan seni dan budaya Kutai Kartanegara kepada masyarakat.

"Tujuan kami itu untuk memperkenalkan seni dan budaya yang ada di Kutai Kartanegara. Karena Museum Kayu ini merupakan salah satu dari 10 objek pelestarian yang menjadi tanggung jawab kami," ujar Puji pada awak media, di Museum Kayu Tuah Himba, Tenggarong, Kamis (27/11/2025).

Tujuan kedua, untuk menghidupkan kembali Museum Kayu Tuah Himba yang kini mulai sepi pengunjung. Jika sebelumnya museum dapat menarik pengunjung hingga 40 per hari, kini hanya sekitar 3-4 orang yang datang.

"Kami ingin mengantisipasi agar masyarakat kembali sadar bahwa Museum Kayu itu ada, dan penting untuk dilestarikan. Melalui festival ini, kami berharap museum kembali hidup," tambahnya.

Festival yang berlangsung selama tiga hari ini diikuti oleh para pelajar dari berbagai SMK. Mereka menampilkan berbagai keterampilan sesuai bidang studi, seperti kriya, membatik, hingga melukis.

Ia menegaskan, dalam kterlibatan pelajar ini bertujuan untuk memberikan ruang bagi generasi muda untuk menunjukkan kreativitas mereka.

"Anak-anak SMK ini sebelumnya juga terlibat di Pekan Kebudayaan beberapa bulan lalu. Di festival ini, kami undang lagi karena mereka memiliki potensi besar. Kreativitas mereka sudah berproses di sekolah dan hasilnya bisa dilihat langsung, bahkan bisa dijual," ungkapnya.

Dalam pameran batik, para siswa diberi kebebasan berkreasi tanpa batasan motif tertentu.

"Motif batik terserah mereka. Kami tidak membatasi harus motif khas Kutai. Yang penting kreativitas dan pengetahuan yang mereka dapat di sekolah bisa tersampaikan melalui karya," katanya.

Selain itu selama 3 hari pada 27-29 November akan ada berbagai rangkaian kegiatan yang menarik seperti lomba gasing, lomba kriya kayu, pentas seni, teater Kutai dan lainnya.

Festival Museum Kayu Tuah Himba juga turut menghadirkan pelaku UMKM lokal. Meski ruang terbatas dan hanya lima UMKM yang dapat difasilitasi, kehadiran mereka tetap memberi dampak bagi perekonomian masyarakat.

"Kami ingin UMKM turut bergerak karena mereka merupakan salah satu penggerak ekonomi. Kehadiran mereka di festival ini diharapkan bisa membuka peluang baru dan menarik minat pengunjung," sebutnya.

Sementara itu, salah satu siswa SMKN 2 Tenggarong yang ikut dalam festival tersebut, Nur Hafidzah memberikan apresiasi atas terselenggaranya Festival ini.

"Menurut saya sendiri sangat bagus untuk Festival ini, dan saya mengucapkan terimakasih kepada Pemerintah Daerah yang sudah memberikan kami ruang lagi untuk menampilkan karya-karya kami," tukasnya. (*zar)



Pasang Iklan
Top