• Kamis, 18 Desember 2025
logo
DPRD Provinsi Kalimantan Timur

DPRD Kutai Kartanegara



Anggota DPRD Kukar Desman Minang.(Foto:Ridwan/Kutairaya)


TENGGARONG, (KutaiRaya.com) : Tepat hari ini, 26 November 2025, menandai 14 tahun sejak tragedi memilukan yang mengubah wajah Jembatan Kartanegara selamanya. Pada sore yang kelabu di tahun 2011, tepatnya pukul 16:20 WITA, jembatan yang megah itu terjerembab ke dalam Sungai Mahakam, membawa serta sejumlah kendaraan beserta penumpangnya yang tak sempat menyelamatkan diri.

Tragedi ini bukan sekadar angka dalam catatan sejarah, tapi juga pengingat akan pentingnya infrastruktur yang aman.

Untuk itu, anggota DPRD Kukar dari Dapil I Tenggarong Desman Minang menekankan, selain aspek historis, tragedi ambruknya jembatan tersebut juga harus menjadi dasar evaluasi berkelanjutan terhadap proyek-proyek infrastruktur di Kutai Kartanegara.

“Tragedi ini adalah bukti bahwa pengawasan konstruksi tidak boleh main-main. Kita sudah melihat banyak pembangunan besar belakangan ini. Jangan sampai kesalahan yang sama terulang kembali," ujar Desman, Rabu (26/11/2025).

Politikus PKB ini juga menyuarakan, keprihatinan sekaligus mendesak pemerintah daerah agar tidak melupakan peristiwa tersebut.

"Tragedi yang terjadi 14 tahun lalu ini seharusnya menjadi pengingat penting tentang keselamatan infrastruktur dan manajemen kebencanaan di Kukar," imbuhnya.

Desma menginginkan, setiap tanggal 26 November seharusnya menjadi hari refleksi bagi kita semua. Namun saat ini, dirinya melihat momentum ini mulai dilupakan, padahal tragedi itu adalah salah satu yang terbesar dalam sejarah di Kukar.

"Banyak keluarga kehilangan orang yang mereka cintai, dan itu tidak boleh hilang dari memori publik, dan pemerintah daerah perlu lebih serius menghadirkan ruang memorial atau kegiatan peringatan rutin sebagai bentuk penghormatan bagi para korban sekaligus edukasi bagi generasi muda, " tuturnya.

Terakhir disampaikan Desman, bahwa kita tidak ingin tragedi besar seperti itu berlalu begitu saja tanpa pembelajaran. Pemerintah daerah harus menegaskan komitmen melalui peringatan resmi, seminar keselamatan, atau bahkan museum mini yang menceritakan sejarah Jembatan Kartanegara.

"Saya pernah tahu dulu rencana museum diorama, tapi bagaimana kelanjutannya rencana itu, kini hanya sekedar wacana, saya juga menyayangkan minimnya dokumentasi dan kegiatan penghormatan yang dilakukan dalam beberapa tahun terakhir. Menurutnya, keluarga korban masih berharap adanya pengakuan dan perhatian moral dari pemerintah daerah," pungkasnya (One/Adv)



Pasang Iklan
Top