• Jum'at, 17 Oktober 2025
logo
DPRD Provinsi Kalimantan Timur



Penampilan dari anak-anak Sanggar Grecek Budaya. (Dok: Grecek Budaya)


TENGGARONG, (KutaiRaya.com) : Sebuah komunitas seni yang baru terbentuk beberapa bulan lalu di Tenggarong kini mulai eksis dalam berbagai kegiatan seni dan budaya.

Sanggar Seni Grecek Budaya, yang terbentuk pada 27 Agustus 2025, hadir berkomitmen untuk memperkenalkan dan melestarikan budaya Kutai.

Sekretaris Sanggar Grecek Budaya, Resi Sherli menjelaskan, komunitas ini lahir dari semangat para anggota yang awalnya berkecimpung di dunia modeling. Namun, pihaknya ingin melakukan lebih banyak hal terutama dibidang seni dan budaya.

"Awalnya kami terbentuk karena ingin ikut mengisi acara selama Erau di Tenggarong, dari situ muncul ide untuk membentuk komunitas seni. Kemudian kami diskusi dan akhirnya lahirlah nama Grecek Budaya, grecek itu artinya cantik atau bagus dalam bahasa Kutai," ujarnya pada Kutairaya.com melalui via telepon, Kamis (16/10/2025).

Meski awalnya berasal dari modeling, para anggota Sanggar Grecek Budaya kini juga aktif mendalami seni tari daerah dan lagu-lagu tradisional. Sebagai informasi anggota dari Grecek Budaya berasal dari anak-anak usia dini.

"Anggota aktif sekarang ada enam orang, satu laki-laki, mereka bukan cuma bisa modeling, tapi juga belajar tarian daerah, nyanyi lagu daerah, dan tampil mengenakan baju adat Kutai seperti baju Sakai, Ta’wo, Miskat, dan Cinan," lanjutnya.

Tarian saat ini yang dilestarikan yaitu tari Jepen, salah satu tarian khas Kutai. Meski terbilang baru, Sanggar Grecek Budaya ini sudah banyak tampil di berbagai event, mulai dari rangkaian acara Erau tahun ini seperti kirab budaya, malam bepelas, hingga penutupan Belimbur.

Bahkan, mereka juga tampil di program Gaya Ceria TVRI Kaltim dan mengisi acara mingguan di Simpang Odah Etam dari undangan Dinas Pariwisata Kukar.

"Waktu Erau kemarin, dari awal sampai akhir, anak-anak tampil terus. Bahkan kami juga diminta tampil pakai kostum Tenggarong Kutai Carnival (TKC) untuk acara malam minggu di Simpang Odah Etam," sebutnya.

Sebagai Sanggar yang baru terbentuk, tentu pihaknya harus menghadapi berbagai tantangan, salah satunya pengalaman dan jam terbang para anggota yang masih minim, serta adaptasi dari dunia modeling ke dunia seni tari.

"Anak-anak baru mulai belajar tari jelang Erau, cuma sempat 8 kali latihan, tapi mereka berani tampil, anggota kami usia termuda ada yang baru 6 tahun," tambahnya.

Ia mengaku, keberadaan Sanggar Grecek Budaya disambut baik oleh pemerintah daerah.

"Alhamdulillah dari pihak pemerintah daerah sangat welcome, harapannya kami bisa terus berkembang, kemudian anak-anak bisa tampil di luar daerah, bahkan kalau bisa sampai tingkat nasional," harapnya. (*zar)



Pasang Iklan
Top