Lembaga Seni Budaya Kumala yang berlokasi di Jln Durian, No 9 RT 13.(Foto:Achmad Nizar/KutaiRaya)
TENGGARONG,(KutaiRaya.com) : Lembaga Seni Budaya Kumala menjadi salah satu garda terdepan dalam pelestarian seni dan budaya di Kutai Kartanegara (Kukar).
Lembaga ini dipimpin oleh Adiat Mapriadi, lembaga ini telah berdiri dan aktif berkarya sejak tahun 2000, dan secara resmi berbadan hukum pada 2002.
"Awalnya ini dimulai dari permintaan almarhum Pak Syaukani Hasan Rais, Bupati Kukar saat itu, untuk menampilkan kesenian tingkilan di acara acara pemerintahan," ujar Adiat di sekretariat Lembaga Seni Budaya Kumala, Jalan Durian Nomor 9, RT 13, Tenggarong, Kamis (11/9/2025).
Nama Kumala sendiri memiliki filosofi sebagai simbol kemurnian dan nilai luhur budaya daerah. Awalnya sebelum menjadi lembaga bernama sanggar seni, kemudian berkembang menjadi Lembaga Seni Budaya Kumala. Sejak saat itu, Kumala terus bersinergi dengan pemerintah daerah dalam setiap kegiatan kesenian dan kebudayaan.
"Dulu itu kita diminta apa saja siap, mau tari dayak, tari jepen, tingkilan, bahkan band, lengkap semua," katanya.
Kini, lembaga ini tetap mempertahankan dan fokus pada dua seni yaitu tingkilan dan tari. Tingkilan di Lembaga Seni Budaya Kumala ini dikolaborasikan dengan unsur musik modern agar lebih mudah diterima generasi muda.
"Sekarang kita kembangkan, jadi tingkilan etnik modern, supaya tetap relevan dengan zaman sekarang," jelasnya.
Walaupun begitu, tantangan yang harus dihadapi oleh Lembaga Seni Budaya Kumala tetap ada, salah satunya adalah minat generasi muda sekarang terhadap seni Kutai yang mulai berkurang.
"Anak-anak zaman sekarang, Gen Z dan Gen Alpha, kan pikirannya sudah beda, tidak semua mau nari atau main musik tradisional, tapi untungnya, sekolah-sekolah di Kukar sekarang sudah ada ekskul seni, jadi kami bisa rekrut dari sana," ungkapnya.
Lembaga Kumala saat ini memiliki sekitar 50 anggota aktif, mayoritas dari kalangan pelajar.
"Kita tidak ada batasan umur, siapa pun yang mau belajar kita terima, yang penting ada kemauan," tambahnya.
Lembaga Seni Budaya Kumala sendiri sudah sering tampil di daerah maupun luar daerah, salah satunya mereka tampil di Yogyakarta dalam acara promosi seni daerah Kutai.
"Kita bawakan musik tingkilan etnik di sana, alhamdulillah diterima dengan baik," imbuhnya.
Lebih lanjut, ia juga mengapresiasi dukungan pemerintah, khususnya pada masa kepemimpinan Bupati Edi Damansyah yang telah memberikan bantuan melalui Disdikbud Kukar.
"Kami dibantu berupa anggaran untuk beli alat musik, kostum dan kebutuhan latihan anak anak," tuturnya.
Ia berharap, kedepannya kesenian di Kukar bisa terus hidup dan dicintai generasi muda.
"Budaya kita ini langka, diluar Kalimantan banyak daerah yang kesusahan cari penari atau musisi tradisional, harusnya di Kukar ini kita bangga bisa punya budaya yang masih hidup dan bisa dilestarikan," tutupnya. (*zar)