Bibit pisang kepok gerecek dalam media kultur jaringan. (Siti Khairunnisa/Kutairaya)


SAMARINDA,(Kutairaya.com): Penyakit pusarium yang menyerang pisang terus menghantui petani di Kalimantan Timur. Penyakit layu yang menular cepat lewat udara ini membuat banyak tanaman mati sebelum sempat berbuah.

Di tengah kondisi itu, teknologi kultur jaringan mulai dipandang sebagai harapan untuk menjaga produktivitas sekaligus melindungi varietas lokal.

Koordinator Kultur Jaringan Dinas Pangan Kaltim, Hairunnisa, menjelaskan bahwa metode ini dapat menghasilkan bibit dalam jumlah besar dengan ketahanan lebih baik terhadap penyakit.

"Manfaatnya memperbanyak bibit lebih mudah, bisa mencapai ribuan tanaman, dan daya tahannya terhadap penyakit lebih tinggi," terangnya, Jumat (29/8/2025).

Menurutnya, kunci dari keberhasilan kultur jaringan terletak pada pemilihan indukan. Pohon yang digunakan harus benar-benar sehat agar tidak menularkan penyakit pusarium ke generasi berikutnya.

"Pusarium penyebarannya sangat cepat melalui udara, jadi pohon induk harus benar-benar bersih," ucapnya.

Selama dua tahun terakhir, laboratorium kultur jaringan di Kaltim telah menghasilkan puluhan ribu bibit pisang. Tahun ini, varietas lokal kepok gerecek menjadi fokus utama dengan target 60 ribu bibit yang akan disebar ke 10 kabupaten/kota.

Kepala Bidang Pangan Dinas Pangan Kaltim, Sujatmiko, menambahkan bahwa pisang hasil kultur jaringan bukan hanya lebih tahan penyakit, tetapi juga menghasilkan buah yang lebih berkualitas.

"Kalau bibit biasa produktivitasnya tidak bisa diprediksi. Sementara yang dari kultur jaringan lebih terukur, lebih tahan penyakit, dan kualitas buahnya juga lebih unggul," jelasnya.

Ia menyebut, pisang kepok gerecek memiliki ciri khas rasa legit, daging padat, dan warna lebih kuning, sehingga layak dipertahankan sebagai identitas lokal.

"Pisang gerecek ini punya keunggulan tersendiri, makanya kita perbanyak untuk memperkuat produksi lokal," pungkasnya. (skn)