• Jum'at, 17 Oktober 2025
logo
DPRD Provinsi Kalimantan Timur



Ketua Sanggar Seni Pokant Takaq Imam Rojiki.(Foto: Andri Wahyudi/KutaiRaya)


TENGGARONG, (KutairlRaya.com): Sanggar Seni Pokant Takaq yang berada di Jalan Mangkuraja 6, RT 22 Kelurahan Loa Ipuh, Kecamatan Tenggarong telah berdiri sejak tahun 1980 an silam. Kesenian yang berasal dari suku Dayak Benuaq ini tetap eksis mempertahankan kesenian tenun dari bahan doyo dan juga budayanya.

Ketua Sanggar Seni Pokant Takaq, Imam Rojiki menjelaskan, bahwa Pokant Takaq itu artinya adalah keluarga kita. Dimana didalam berkegiatan pertanian, kerajinan dulu dikerjakan oleh keluarga. Untuk sanggar seni ini sudah berdiri sejak tahun 1980 an dan kini beralih ke generasi selanjutnya pada 2007 lalu.

"Karena saya menikah dengan istri tahun 1988 itu sudah ada kesenian Pokant Takaq. Saya sendiri lahir 1965 silam, yang berasal perantauan dari Kabupaten Blitar, Jawa Timur, dan mulai merantau ke Kaltim tahun 1985 semenjak lulus SMK. Kemudian menikah dengan istri tahun 1988 dan mempunyai anak 2 serta 2 cucu," kata Rojiki kepada KutaiRaya.com Selasa (5/8/2025).

Ia menegaskan, bahwa Pokant Takaq ini sudah turun temurun sejak dulu. Ketua sebelumnya adalah kakak ipar yang bernama Jamnah. Dulu kakak bergelut di kerajinan, jadi ditopang antara seni pertunjukan dengan kerajinan selalu beriringan.

"Yang menjadi unggulan dari Pokant Takaq adalah kerajinannya dan budayanya, semua tetap kita jaga. Karena unsur kerajinan itu semua berpegang pada budaya. Dan harus konsisten mempertahankan melalui inovasi-inovasi supaya pasar mau membeli produk kita. Saat ini yang lagi trend apa saja harus diikuti," ujarnya.

Produknya yang masuk dalam Warisan Tak Benda (WTP) adalah tenun ikat doyo yang terbuat dari alam, dari serat daun doyo yang tetap dipertahankan kealamiannya. Selanjutnya tenun badung tencep, sulam (tumpar) yang menjadi bahan baju adat khas suku Dayak Benuaq.

Di Kalimantan Timur yang punya keterampilan tenun hanya suku Dayak Benuaq. Dan itupun tidak tersebar kemana-mana (serumpun) yang dulunya terpusat di Kecamatan Jempang, Kutai Barat. Setelah terpecah mereka migrasi dan berpencar, ada yang masih ada di Kutai Barat, di Tenggarong dan di Samarinda.


Sedangkan untuk bahan baku pembuatan kerajinan di Pokant Takaq sudah ada kelompok-kelompok yang menyediakan untuk mempermudah dan mempercepat pengrajin. Karena proses pembuatan produk tidak sebentar. Sementara di segi pertunjukan budaya, Pokant Takaq ada seni tari yang sampai saat ini terus berkembang.

"Alhamdulillah Pokant Takaq tetap konsisten mempertahankan kesenian tari. Bahkan saat ini kami tidak membedakan suku, karena dalam pokan takaq penarinya terdiri dari suku Jawa, Bugis, Kutai, Banjar, Timur, dan Toraja. Artinya kami disini sudah merangkul semua untuk melestarikan budaya," jelasnya.

Tinggal anak-anak itu mengekspresikan tari, mana yang paling mudah. Jadi siapapun mau bergabung ke Pokant Takaq silahkan saja, akan diterima. Karena kalau mau mengacu pada suku tertentu tidak bisa sekarang ini. Untuk pelatih tari masih dibantu keluarga, anak-anak yang sudah senior melatih adik-adiknya.

"Nama tariannya ada tari gantar selamat datang atau penyambutan tamu dan adat, belian untuk acara panen padi. Tarian dari Pokant Takaq sudah sampai tingkat nasional, kami pernah mewakili Kukar bersama Jaipong Bandung dalam acara ulang tahun Asia Afrika di Bandung," ungkapnya.

Tantangan dari Pokant Takaq tentu saja ada terutama dari seni tari. Karena untuk mencari regenerasi itu sangat-sangat sulit. Hal ini disebabkan mereka yang dididik melanjutkan ke jenjang selanjutnya, sehingga tidak lagi bisa melanjutkan di kesenian tari. Sama saja dengan dikerajinan Sumber Daya Manusia dan bahan baku.

"Karena bahan kerajinan ini berasal dari alam, saat ini tanaman doyo sudah kalah dengan pertambangan dan kelapa sawit. Mudah-mudahan pemerintah bisa membantu melestarikan tanaman doyo dan dilindungi agar tetap bisa dinikmati oleh masyarakat," ucapnya.

Dukungan Dari Pemerintah

Dukungannya hanya diberikan kesempatan untuk tampil mengisi acara seperti di Kukar Festival Budaya Nusantara dan Erau serta EBIFF di Samarinda beberapa waktu lalu Pikant Takaq juga ikut tampil. Jadi kalau tidak ada kegiatan dalam pemerintahan mungkin membuka kunjungan di rumah.

"Harapan kedepan, kami bisa diberikan fasilitas gedung kesenian untuk memberikan hiburan bagi masyarakat, seperti di Jogja ada gedung keseniannya. Jadi setiap malam itu menampilkan berbagai grup kesenian," ucapnya.

Kalaupun gedung tersebut berbayar, silahkan saja. Asalkan tidak membebani penonton. Kesenian apa saja mulai dari teater, tari dan kesenian lainnya difasilitasi dalam satu gedung dan terjadwal setiap bulan sekali. (Dri)



Pasang Iklan
Top