• Jum'at, 17 Oktober 2025
logo
DPRD Provinsi Kalimantan Timur



Pelaku UMKM di Pulau Kumala.(Achmad Rizki/Kutairaya)


TENGGARONG, (KutaiRaya.com): Hampir 5 tahun, pelaku UMKM di Destinasi wisata Pulau Kumala hanya bisa pasrah atas penjualannya yang mengalami penurunan.

Salah satu pelaku kuliner Pulau Kumala Hj Lisnawati Nasri mengatakan, penjualan saat ini tak bisa dipastikan bahkan sempat tak laku. Hal ini disebabkan atas minimnya pengunjung ke destinasi Pulau Kumala.

"Sehari minimalnya Rp 30 ribu, jika dihari weekend bisa mencapai Rp 100-150 ribu bahkan pernah tidak dapat pemasukan dari penjualan ini," kata Lisnawati Nasri pada KutaiRaya, di Pulau Kumala, Senin (28/7/2025).

Ia mengaku, kalau hasilnya seperti itu dipastikan tak bisa mencukupi kebutuhan keluarga. Bersyukurnya masih ada suami yang mencari nafkah, untuk pemenuhan keluarga.

"Bukannya tak bersyukur, tapi ini sangat prihatin jika pendapatan keluarga itu, hanya bersumber dari berjualan di Pulau Kumala," ucapnya.

Hal ini telah dirasakan sejak pandemi Covid-19 hingga saat ini. Untuk itu, harapannya pemerintah daerah dapat memberikan solusi, agar pelaku UMKM di Pulau Kumala terus eksis.

Sementara alasan masih bertahan jualan di Pulau Kumala ini, Lisnawati menyebutkan, karena tak dapat wadah atau fasilitas untuk berjualan di luar. Sehingga pelaku UMKM ini tak bisa bergerak, hanya berjualan di Pulau Kumala.

"Kami juga sudah bersyukur telah diberikan wadah di Pulau Kumala, tapi kami juga memohon kepada pemerintah untuk ada terobosan, atau membuat event di Pulau Kumala. Sehingga bisa memberikan manfaat kepada pelaku UMKM," ujarnya.

Hal senada juga disampaikan oleh pelaku UMKM lainnya Aisya. Ia mengatakan, pendapatan yang diperoleh tak menentu. Terlebih hanya melayani para pegawai pengelola wisata.

"Itu pun dalam sehari hanya sekitar Rp 50 ribu, bahkan juga tak pernah laku," sebut Aisyah.

Ia menambahkan, berjualan kuliner di Pulau Kumala ini sejak 2017 lalu. Saat itu pendapatan yang diperoleh masih mencukupi kebutuhan hidup sekitar Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta.

"Kami berharap, keluhan ini bisa menjadi perhatian serius oleh pemerintah daerah. Kalau bisa pemerintah mengadakan acara event di Pulau Kumala, dengan catatan melarang pedagang luar untuk masuk," harapnya.

Sementara itu Kabid Pengelolaan Destinasi Pariwisata Dispar Kukar M Ridha Fatrianta menjelaskan, ada sekitar 30 stand UMKM yang telah disediakan. Namun yang masih aktif saat ini sekitar 15 orang.

"Memang tingkat kunjungan ke Pulau Kumala ini alami penuruna. Sehingga memberikan dampak kepada pelaku UMKM di Pulau Kumala," jelas M Ridha Fatrianta.

Dalam hal ini lanjut Ridha, Dispar Kukar juga terus melakukan pembenahan terhadap wisata Pulau Kumala, mulai dari akses jalan, taman, hingga penambahan wahana baru. Hal itu dilakukan untuk, memikat daya tarik wisata agar berkunjung ke Pulau Kumala.

"Jika pengunjungnya banyak, tak menutup kemungkinan mereka pasti berbelanja khususnya kuliner yang ada," imbuhnya.

Selain itu, Dispar Kukar juga akan membuat suatu event di Pulau Kumala. Dengan adanya event juga memberikan dampak terhadap peningkatan ekonomi khususnya pelaku UMKM.

"Pemerintah juga sudah pernah membuat acara di Pulau Kumala. Ini bagian dari upaya kita dalam mendukung pelaku UMKM di Pulau Kumala," pungkasnya. (Ary)



Pasang Iklan
Top