• Jum'at, 17 Oktober 2025
logo
DPRD Provinsi Kalimantan Timur



(Ketua Yayasan Pondok Bina Teater Kutai Khusni Mubarak SSN (Abi Unind), (Andri Wahyudi/KutaiRaya)


TENGGARONG, (KutaiRaya.com) : Bina Teater Kutai (Bintek) salah satu Yayasan yang telah berdiri sejak tahun 1990. Namun sekarang Bintek berubah nama menjadi Pondok Terapi Bina Teater Kutai dan yayasan ini sudah punya akta notarisnya lengkap dengan badan hukumnya.

Yayasan tersebut beralamat di jalan Stadion, No. 06, RT. 13 Kelurahan Loa Ipuh, Kecamatan Tenggarong. Berbagai pembinaan diberikan kepada pelajar dan umum mulai dari kesenian teater hingga terapi untuk anak disabilitas.

Ketua Yayasan Bina Teater Kutai (Bintek) Husni Mubarak,S.Sn (43) atau kerap di sapa Abi Unind menjelaskan, awal mula berdiri Bintek ini dibangun oleh ayahnya, yakni Almarhum H. Samsul Haidir, bersama sang ibu Hj. Mariyati. Mereka memulainya sejak tahun 1990. Kemudian Bintek ini betul-betul menjadi sebuah organisasi itu 1993. Dulunya ayah dan ibu, Abi merupakan seorang seniman teater dari tahun 1977, yang dulu bergerak dengan Untung Basuki dari bengkel teater Rendra, Yogyakarta, di Samarinda.

"Saya yang pada saat itu masih bersekolah di Institut Seni Indonesia Yogyakarta jurusan teater, kurang lebih 10 tahun termasuk ikut pesantren dan selesai tahun 2007," ujarnya Sabtu (26/7/2025).

Dan pada tahun 2009 ayah Abi meninggal, sehingga ia harus meneruskan Bintek, hingga kini menjadi membentuk Yayasan Bina Teater Kutai. Kemudian berjalannya waktu disini juga selain teater, ada tari juga kemudian ada sastra, puisi kemudian cipta lagu daerah dan pantomim.

Pondok Bintek, bergerak di pembinaan, jadi siapa saja boleh datang ke Pondok Bintek, dari sekolah mana. Karena pembinaan ini lebih fokus ke pendidikan, mengingat pendiri Bintek ini dulunya adalah seorang pendidik. Ia mengungkapkan untuk pembina pelatih itu langsung Abi bersama istri yang menangani. Selain itu pembinaan juga dibantu adik-adiknya.

"Yang paling mendasarkan di Pondok Bintek ini memang pembinaan untuk anak-anak pelajar dari SD, SMP, SMA, mahasiswa. Ini kebetulan saya dan istri dulunya lulusan dari Institut Seni Indonesia Yogyakarta jurusan teater, istri dulunya mengambil jurusan teater, minat utama dramaturgi. Dan saya mengambil jurusan teater minat utama penyutradaraan. Saat ini saya juga penulis naskah, sutradara, merekam membuat operet," terangnya.

Abi menuturkan saat ini Bina Teater Kutai sendiri itu lebih fokus membangun generasi untuk teater daerah seperti Mamanda, yang sekarang ini bisa dikatakan jarang sekali. Kalau mengikuti kemajuan modern, teknologi, sekarang ini masyarakat lebih cenderung senang dengan pertunjukan yang sifatnya menghibur. Kemudian teknologinya canggih. Sementara untuk teater khusus mamanda itu masih klasik.

"Maka Bina Teater Kutai ini memberikan nuansa modern terhadap mamanda itu sendiri. Misalnya, anak-anak itu tidak dituntut untuk berdialog secara live. Kita punya yang namanya operet. Jadi, dialog itu anak-anak bisa direkam atau lip-sync. Dan tidak menuntut mereka untuk menghafal naskah," ujarnya.

Cara ini juga tidak mengganggu pembelajaran mereka di sekolah. Yang teater biasanya proses itu bisa memakan waktu sampai sebulan paling cepat, dan tiga bulan paling maksimal. Sehingga dapat mengganggu pembelajaran anak-anak dan menyita waktu mereka sampai latihan bermalam-malam.

"Ketika operate sudah jadi, anak-anak bisa mengikuti, mereka tinggal menyesuaikan palingnya dua sampai lima kali latihan sudah cukup. Nggak mesti harus berbulan-bulan. Sekarang sangat mudah dan ternyata operate itu bisa menjadikan anak-anak senang, secara audio juga," terangnya.

Abi mencontohkan penampilan kesenian mamanda pada Erau tahun 2024 lalu, Mamanda Kanak Halus dengan mengangkat tema demam berdarah. Dan antusias penonton juga senang karena salah satu kebutuhan penonton itu tercukupi khususnya dari segi suara.

"Jadi kalau dulu itu masih mengandalkan mic untuk pertunjukan mamanda, jadi mic itu digantung di atas panggung atau dilengketkan di samping wajah. Itu biasanya panitia tidak menyiapkan. Tapi kalau dengan media rekam atau operet, tinggal main volume saja," ungkapnya.

Abi menyebutkan, sudah banyak pelajar yang datang ke Pondok Bintek untuk belajar dan berlatih, seperti untuk persiapan FLH2N festival pelajar. Jadi mereka itu kalau sudah ingin mengikuti lomba pantomim tingkat SD atau SMP, kemudian teater tingkat SMA atau SMK, mereka kesini.

Selain melakukan pembinaan di Pondok Bintek, Abi juga kerap dipenggil di sekolah sebagai guru seni budaya. Dan kadang masing-masing sekolah itu membawa murid-muridnya untuk bertanya terkait teater itu sendiri. Karena di pelajaran seni budaya itu ada bab teater, disitu terkadang guru masih kurang faham mengenai praktek teater.

"Dan kadang juga kita dipanggil sampai ke Balikpapan, menjelaskan semua guru-guru khususnya seni budaya di bab teater, bagaimana seni teater itu sendiri. Dan kita juga bergabung di sekolah inklusi untuk anak-anak disabilitas," sebutnya.

Abi menyebut di dalam pondok bintek itu sendiri ada tuna grahita, ada tuna rungu. Mereka dilatih di kesenian pantomim sesuai dengan perannya. Ia juga membina tuna grahita yang IQ di bawah rata-rata, mereka disini diterapi dengan menggunakan metode teater.

Ia menambahkan, di Pondok Bintek juga diajarkan agama Islam. Metodenya menggunakan metode mondok pesantren seperti menulis Al-Quran, menghidupkan sunah rasul. Seperti makan berjamaah, masuk keluar WC dengan adab, ke masjid salat berjamaah. Metode ini yang menjadi terapi buat anak-anak disabilitas.

"Alhamdulillah kemajuan itu ada kemajuan. Di sisi lain teater itu menjadi ekspresi mereka sehingga mereka itu senang. Karena target kita itu mereka bisa bermasyarakat. Karena masyarakat biasanya menghindar takut anak disabilitas ini nyamuk, tantrum apa segala macam. Sekarang melalui terapi ini mereka lebih tenang lebih nyaman berkomunikasi lebih enak berteman. Karena kita biasakan mereka untuk fokus latihan dan tetap fokus," tutupnya (Dri)



Pasang Iklan
Top