Pengrajin rotan di Tenggarong Ety.(Achmad Rizki/Kutairaya)
TENGGARONG, (KutaiRaya.com): Meskipun bahan baku rotan mulai sulit didapat, pengrajin rotan di Tenggarong Ety, masih eksis untuk memproduksi sejumlah produk kerajinan tangan.
Ia mengatakan, bahan baku rotan mulai sulit dicari dan dipastikan di Kukar tak ada pohon rotan yang ditanam. Saat ini tumbuhan rotan masih ada di wilayah Kutai Barat (Kubar), dengan mencari rotan di tengah hutan."Bahan baku ini kita beli juga dengan masyarakat atau pengepul di Kubar. Sekali beli untuk beberapa tahun kedepan," kata Ety saat ditemui wartawan Kutairaya di kediamannya Jalan Gunung Belah Tenggarong, Jum
Kerajinan rotan yang dihasilkan oleh Ety iseperti topi, tikar, anjat gendong, tas mandau, anjat kecil selempang. Sementara harga yang dibandrol bervariatif mulai dari Rp 200 ribu hingga Rp 4 juta.
"Harga ini tergantung dari tingkat kerumitan dalam memproduksi kerajinan rotan. Saya memproduksi kerajinan ini di rumah yaitu di Jalan Gunung Belah, Gang Beringin I," ucapnya.
Dalam memproduksi kerajinan rotan ini juga memerlukan waktu cukup lama, paling cepat sekitar 1 pekan dan paling lama sekitar 3-4 bulan kedepan. Proses pembuatan kerajinan rotan ini dimulai dari membersihkan rotan yang sudah ditebas, dijemur sekitar 3 hari.
Setelah dijemur, rotan itu akan dibelah menjadi 8 bagian. Dan dibuat sesuai dengan pesanan maupun keinginan. Sementara pemasaran produk kerajinan rotan ini hingga ke sejumlah daerah di Indonesia bahkan luar negeri.
"Dalam satu bulan, produk kerajinan rotan ini laku sekitar 10 produk. Dengan omset yang diperoleh Rp 3-4 juta," jelasnya.
Menurutnya, kerajinan rotan ini merupakan budaya daerah yang harus dilestarikan dan dipromosikan. Untuk itu, para pemuda Kukar agar dapat belajar dalam melestarikan budaya ini.
"Kerajinan rotan ini bagaian dari budaya Dayak, dengan ini bisa menjadi identitas daerah. Saya jadi pengrajin rotan ini sejak kecil, karena satu keluarga memiliki keahlian sebagai pengrajin, tapi memulai untuk dijual sejak 2013 lalu," ujarnya.
Hal senada juga dialami oleh pengrajin rotan di Jalan Mangkuraja Mida Mardalina. Ia menyebutkan, rotan yang merupakan bahan baku dari kerajinan ini mulai susah dicari. Jika ada rotannya maka bisa dibuat kerajinan, jika rotannya tak ada istirahat.
"Produk kerajinan yang dibuat diantaranya gelang, anjat, tas, topi, pouch dan dompet. Harga mulai dari Rp 50-850 ribu," sebut Mida Mardalina.
Selain kendala dari bahan baku, ia mengalami kendala pada sektor permodalan. Karena untuk membeli bahan baku ini, butuh modal yang lumayan besar.
"Saya tidak berani meminjam kredit di Bank, meskipun ada program Kukar Kredit Idaman. Karena khawatir tak bisa membayar angsurannya, yang disebabkan pendapatan belum pasti," ucapnya.
Sementara produk yang sering diminati ialah, gelang dan tas kaban. Untuk promosi produk kerajinan tersebut juga dibantu oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan, dengan melibatkan ke dalam pameran di luar daerah.
Dirinya berharap, peran pemerintah daerah terus lebih aktif dalam mendukung para pengrajin di Kukar, termasuk pengrajin rotan. Karena melalui keahlian itu, bisa memenuhi kebutuhan keluarga. (ary)