• Jum'at, 17 Oktober 2025
logo
DPRD Provinsi Kalimantan Timur



Perkebunan karet di Kecamatan Marangkayu.(foto:KTNA Marangkayu)


TENGGARONG,(KutaiRaya.com): Petani karet di Kecamatan Marangkayu, Kutai Kartanegara mengeluhkan harga jual hasil karet tak stabil.

Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Marangkayu Rekson Simanjuntak menjelaskan, harga jual getah karet selama ini tak menentu terkadang Rp 10 ribu hingga Rp 11.600 per kg. Tanaman karet menjadi salah satu potensi di Kecamatan Marangkayu khususnya di 5 desa diantaranya Desa Bunga Putih, Sambera, Makarti, Perangat Selatan, dan Desa Perangat Baru.

"Di satu desa itu ada sekitar 800 Kepala Keluarga (KK), setiap kepala keluarga mengelola sekitar 2 hektare kebun karet," kata Rekson Simanjuntak.

Menurutnya, harga itu dipermainkan oleh para tengkulak. Sehingga para petani karet ini merasa tertekan dengan harga yang diberikan tengkulak itu.

"Para petani mengumpulkan hasil panennya selama satu pekan, setelah itu dijual ke pengepul. Dalam sekali panen bisa mencapai puluhan bahkan ratusan ton," ucapnya.

Menurutnya, harga selisih sedikit saja sangat berpengaruh terhadap nilai yang diperoleh. Seharusnya dari selisih itu, bisa dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan keluarga.

"Dengan harga yang saat ini membuat petani menjerit. Petani ini sebelumnya masuk program Perkebunan Inti Rakyat (PIR)," ujarnya.

Program PIR ini seharusnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani, dalam mengembangkan sektor perkebunan. Program itu menjalin kemitraan dengan perusahaan perkebunan yang besar.

"Tapi kenyataannnya program ini tak berjalan dan masyarakat dibiarkan. Sehingga kami berharap, pemerintah daerah dapat mencarikan solusi atas persoalan ini," sebutnya.

Sementara itu, Ketua KTNA Kukar Edi Damansyah menyebutkan, kalau keluhan yang dialami pekebun, petani dan peternak ini pasti ada. Tapi jangan terus meneru, kurang ngeluhnya maksimalkan pekerjaannya.

"Untuk bantuan dari pemerintah daerah terhadap sektor pertanian dalam arti luas itu, relatif terpenuhi. Tapi memang masih ada yang perlu dilakukan penguatan," sebut Edi Damansyah.

Terpisah, Plt Kepala Dinas Perkebunan Kukar Muhammad Taufik mengaku hilirisasi karet ini menjadi tantangan yang cukup serius. Meskipun sudah ada hilirisasinya, tapi itu di luar Kukar.

"Untuk itu, salah satu strateginya ialah pemerintah daerah menetapkan kawasan industri di Marangkayu," jelas Muhammad Taufik.

Hal itu bagian dari upaya pemerintah daerah, dalam mendorong investor untuk berinvestasi terutama sektor perkebunan karet maupun kelapa sawit.

"Kalau hilirisasi karet dan kelapa sawit ini kategori menengah ke atas. Pemerintah daerag melakukan upaya upaya bersama DPMPTSP," pungkasnya. (ary)



Pasang Iklan
Top