• Jum'at, 17 Oktober 2025
logo
DPRD Provinsi Kalimantan Timur



Kepala Dinas Perdagangan, Nurrahmani.(Siti Khairunisa/Kutairaya)


SAMARINDA, (KutaiRaya.com): Setelah sebelumnya pedagang di Pasar Merdeka mengeluhkan penurunan daya beli akibat lonjakan harga beras, Dinas Perdagangan Kota Samarinda menjelaskan bahwa penyebab utamanya bukan hanya persoalan distribusi lokal, melainkan berasal dari tingkat nasional.

Kepala Dinas Perdagangan, Nurrahmani, menyebut kenaikan harga gabah yang ditetapkan pemerintah pusat sekitar Rp1.000 per kilogram menjadi pemicu awal, yang kemudian memicu efek berantai hingga ke tahap pengemasan dan penjualan eceran.

"Oh, ya. Saya dapat kuncinya. Tadi saya ngobrol dengan Bulog, ternyata harga gabah memang naik dari awal, dari pemerintah pusat. Jadi kenaikannya seribu. Otomatis setelah harga gabah naik, pengepek dan lainnya juga ikut naik karena memang harga beli sudah naik seribu rupiah satu kilonya," terang Nurrahmani, saat ditemui awak media, Senin (21/07/2025).

Dengan kondisi tersebut, pihaknya menilai fokus pengendalian di daerah lebih diarahkan pada pengaturan distribusi dan menjaga kualitas beras agar tetap layak konsumsi.

Ia menambahkan, kebijakan kenaikan harga gabah juga perlu dilihat sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan petani secara nasional.

"Tinggal bagaimana kita di Samarinda bisa mengatur ketersediaan stok dan kualitas berasnya. Karena tidak dipungkiri, kita juga harus memakmurkan petani. Harapannya, kenaikan ini bisa ikut mensejahterakan mereka, sekaligus menjamin ketersediaan pangan secara umum, termasuk di Samarinda," ujarnya.

Sebelumnya, pedagang di Pasar Merdeka melaporkan bahwa harga beras eceran naik rata-rata Rp1.000 per kilogram. Untuk kemasan 25 kilogram, harga jual naik sekitar Rp25.000, dari Rp380.000 menjadi Rp405.000.

Lonjakan tersebut berdampak langsung pada penurunan pembelian dari pelanggan yang kini hanya membeli dalam jumlah terbatas.

"Hampir sebulan sudah. Sekarang eceran yang Rp 15.000 jadi Rp 16.000, yang Rp 16.000 jadi Rp 17.000. Naik seribu lah rata-rata. Yang biasa beli banyak sekarang jadi paling 5-10 kilo mungkin," ujar Hadi, salah satu pedagang, Senin (14/07/2025).

Hal senada disampaikan Aman, pedagang lainnya yang menyebut hampir seluruh merek ikut naik dan berdampak langsung terhadap omzet harian.

"Pembeli berkurang, biasanya langganan ambil 5 kilo jadi ambil paling banyak sekarang 1 kilo, 2 kilo," tuturnya. (skn)



Pasang Iklan
Top