
Penampilan Sape
TENGGARONG, (KutaiRaya.com) Berbagai tantangan dihadapi oleh para musisi di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) dalam mengembangkan dan melestarikan kesenian tradisional. Mulai dari awal merintis hingga fasilitas untuk tampil di ruang publik masih belum semua dapatkan.
Salah satunya adalah musisi musik Sape
Manajer sekaligus pemain Kajon di SAN, Fairuz Zabady mengatakan bahwa SAN berdiri pada tahun 2021 dan berkolaborasi dengan musisi-musisi. Di tahun 2023 SAN diminta main salah seorang EO untuk main musik dan harus menggunakan alat musik tradisional. Jadi memadukan alat musik tradisional dan modernisasi akhirnya terbentuklah SAN dan sudah di patenkan.
"Ada tiga personal, saya sendiri sebagai pemain Kajon, ada teman kami Helmi pemain gitar, Mahdi Rinjani (Aditya Clara Yooh) pemain sape
Fairuz mengungkapkan, seiring jalan SAN sering dipanggil untuk mengisi event atau acara maupun cafe. Ia bersyukur perjalanan karir kawan-kawan dari 2021 itu tetap eksis.
"Tantangan yang dilalui tidaklah mudah, salah satunya bagaimana di era digitalisasi yang semakin modern kita memadukan alat musik modern dan sape yang merupakan alat musik khas dayak kenyah." jelasnya.
Jadi bagaimana musik ini tetap enak di dengar dengan alunan yang disentuh dengan tradisional. Dan kedepan tradisi ini bisa semakin dikenal orang. Apalagi Kukar sebagai mitra IKN itu wajib melestarikan tradisional melalui musik dan jangan sampai hilang.
Ia mengatakan bahwa disetiap penampilan SAN menyajikan penampilan musik yang terbaik dengan perpaduan antara akustik dan sape, namun lebih ditonjolkan dari sape
"Untuk penampilan musik kami menyesuaikan dari permintaan mulai dari musik era 80, 90 hingga kekinian atau yang lagi hits. Sape Akustik Nusantara sejauh ini masih eksis, bahkan kita sering main ke luar daerah seperti Samarinda, Bontang, sampai Balikpapan." terangnya.
Dalam mendukung pengembangan musisi di Kukar khususnya Tenggarong perhatian dari pemerintah belum sepenuhnya diberikan, ibaratnya baru 30 persen dari 100 persen. Dan penampilan SAN selama ini dibiayai secara swadaya dan berjalannya waktu ikut dilibatkan oleh Dinas Pariwisata Kukar seperti di Simpang Odah Etam, MPP dan event-event lain.
"SAN booming itu pernah mengaransemen lagu sial dari Mahalini dengan musik sape dan akhirnya menjadi dikenal orang banyak. Walaupun itu lagi orang tapi dikemas dengan alunan musik Sape, tanpa ada vokalis dan diiringi gitar sama kajon. Kami bersyukur masih dilibatkan disetiap event kecil. Kalau kami dilibatkan di event besar kami siap. Dan kami tidak hanya bertiga tapi berkolaborasi." ungkapnya.
Mahdi Anjani juga menaruh harapan besar kepada pemerintah agar bisa membukakan wadah semacam berkumpulnya para musisi atau pelaku seni. Dulu di Tenggarong ada serapo yang berada di dekat Museum Mulawarman dan sekarang sudah berubah fungsi. Karena memang tanahnya milik provinsi tapi bangunannya di Kabupaten. Dulu di era 90 an sampai 2 ribuan itu pelaku seni mau teater, musik tradisional bisa jadi satu.
Kedepan kepada pemerintah maupun instansi terkait bisa mewadahi teman-teman ekonomi kreatif tradisional dan modern jadi satu. Dan disitulah nanti pelaku seni berbagi ilmu dan pengalaman. Dan kalau ada jadwal di event-event bisa ikut memeriahkan.
"Selain itu juga kami minta membuka ruang bagi kawan-kawan musisi minimal bisa tampil di tempat umum seperti di taman Tanjong. Tidak masalah kami bawa alat sendiri yang penting bisa tampil dan mengekspresikan hasil latihan selama ini." ujarnya.
Lanjutnya, kalau memang sudah disediakan wadah dari pemerintah, tidak menutup kemungkinan musisi seperti SAN tidak memilih ras, suku, agama. Ada namanya pemula, Junior senior ia minta sama semuanya. Untuk memajukan kesenian Kutai Kartanegara."Intinya dimana bumi dipijak disitu langit di junjung." tegasnya.
Disisi lain Bupati dan Wakil Bupati Kukar Aulia Rahman Basri dan Rendi Solihin tengah mempersiapkan wadah yang representatif bagi para pelaku seni maupun ekonomi kreatif di Gedung Ekraf Kukar.
Bupati Aulia menegaskan bahwa pihaknya ingin dengan adanya fasilitas ini seluruh pelaku seni yang ada di Kukar bisa menggunakannya sebagai wadah mengekspresikan bakatnya. Pembangunan terus berproses dan diharapkan tahun 2026 sudah bisa digunakan.
"Kami ingin ruang publik ini nanti bisa mengakomodir kawan-kawan musisi, pelaku ekonomi kreatif dalam satu kawasan yakni di Gedung Ekraf." tutupnya. (dri)