
Peternakan ayam petelur milik Slamet Sujono, yang setiap hari bisa menghasilkan sekitar 2000 telur.
TENGGARONG (KutaiRaya.com) Pria asal Blitar Provinsi Jawa Timur Slamet Sujono, berhasil menjadi pengusaha sukses, di Kecamatan Tenggarong Ibu Kota Kabupaten Kutai Kartanegara.
Ia memulai menjalankan usahanya sejak 2004 lalu dengan jual-beli sapi. Seiring berjalannya waktu, ia mendapatkan orderan sapi dalam keadaan bersih. Sehingga sapi yang dibeli dengan peternak langsung dipotong atau disembelih dan dijual terpisah, baik dari daging, tulangan, jeroan dan lainnya.
"Saya jualan sapi ini tak memiliki modal banyak, berawal dari modal ratusan ribu dan dikembangkan. Saat itu harga sapi belum mahal seperti saat ini," jelas Slamet Sujono pada Kutairaya, Jum
Dari ketekunananya itu, Slamet Sujono bisa membeli mesin gilingan daging atau pentol. Bisnis sapi dan gilingan pentol itu semakin berkembang pesat hingga memiliki dua cabang.
Melalui usaha ini, ia dapat memenuhi kebutuhan keluarga hingga menyekolahkan anak anaknya hingga lulus. Seiring berjalannya waktu, usaha tersebut mengalami tantangan yang besar.
Usaha sapi yang dikelolanya ini, mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah pada 2012 lalu. Namun kerugian itu tak membuat ia mundur, untuk membangkitkan usahanya.
Pria kelahiran 1958 itu memiliki semangat tinggi, dalam mengembangkan usahanya. Meskipun sempat jatuh bangun itu bagian dari pelajaran, yang harus dipahami dalam bisnis.
"Semenjak harga sapi lokal semakin mahal, disitu saya mengalami kerugian. Dari kerugian ini, berusaha memutarkan pikiran untuk bangkit kembali," ucap Slamet Sujono sembari mengingat masa lalunya.
Sementara lambat laun dirinya berhasil menutupi kerugian itu. Usai tak memiliki hutang, ia memikirkan untuk mengembangkan bisnis. Pada 2023 lalu, Slamet Sujono memulai dengan bisnis barunya yaitu, peternakan ayam petelur.
Memulai usaha peternakan ayam petelur ini tak langsung besar, usaha ini berjalan menyesuaikan dengan modal yang dimiliki. Saat itu, ia hanya memiliki modal mampu membeli 1000 ekor ayam petelur.
Usaha ayam petelur, tak bisa langsung dirasakan hasilnya. Karena harus menunggu sekitar satu tahun lamanya, untuk bisa produksi.
"Saya mulai usaha baru yaitu ternak ayam petelur, untuk menghasilkan telur dengan jumlah banyak," sebutnya.
Terjun ke usaha peternakan, melihat permintaan telur di penggilingan daging atau pentol sangat banyak. Dalam sehari permintaan atau kebutuhan telur di penggilingan bisa mencapai 40-50 piring telur, sementara satu piring berisi 30 butir telur.
Kini, usaha peternakan ayam petelur mulai dikembangkan secara bertahap dari 1000 menjadi 2000 dan 3000 ekor ayam petelur. Sementara setiap harinya peternakan ayam ini menghasilkan sekitar 2000 butir telur ayam.
"Telur yang dihasilkan itu, untuk pemenuhan kebutuhan penggilingan daging dan pelanggan lainnya," ujarnya.
Meskipun telah memiliki 3000 ekor ayam petelur, dirinya akan mengembangkannya lagi usaha peternakan itu. Pengembangan usaha ini bertujuan, untuk memotivasi anak, cucunya dalam menjalani kehidupan.
"Untuk para pemuda di Kukar, jangan bermalas malasan. Kembangkan potensi yang dimiliki, sehingga menjadi orang sukses dan bermanfaat bagi masyarakat lainnya,"pesannya. (ary)