• Selasa, 16 September 2025
logo
DPRD Provinsi Kalimantan Timur

Diskominfo Kutai Kartanegara



Kabid Perlindungan Perkebunan, Disbun Kukar Rudiyanto Hamli (dri)


TENGGARONG, (KutaiRaya.com) Dinas Perkebunan (Disbun) Kutai Kartanegara (Kukar) menegaskan komitmennya untuk terus mendorong pengembangan perkebunan rakyat yang sejalan dengan visi dan misi pemerintah daerah.

Kabid Perlindungan Perkebunan Dinas Perkebunan (Disbun) Kutai Kartanegara, Rudiyanto Hamli, menjelaskan bahwa program-program yang dijalankan bertujuan menyentuh langsung kepentingan masyarakat, dengan tetap mengedepankan mekanisme yang terstruktur dan sesuai regulasi.

"Bantuan untuk kebun rakyat tetap kami berikan, begitu juga dengan pengawasan terhadap Perusahaan Besar Swasta (PBS). Jika ada usulan masyarakat untuk pengembangan kelapa sawit, tentu akan kami bantu, asalkan sesuai dengan status lahan dan kesiapan petani," ujarnya saat ditemui di ruang kerjanya Selasa (20/5/2025).

Dalam pelaksanaan program, Disbun Kukar menerapkan mekanisme CPCL (Calon Petani Calon Lahan). Rudiyanto menjelaskan bahwa petani yang ingin mengajukan bantuan harus menunjukkan kesiapan kelompok tani, serta memastikan bahwa lahan yang diusulkan tidak berada di kawasan hutan atau lahan milik pihak lain. Legalitas kelompok dan status lahan menjadi syarat utama dalam pengajuan proposal bantuan.

Komoditas utama yang menjadi prioritas dalam program pengembangan adalah kelapa sawit, baik melalui ekstensifikasi maupun intensifikasi, seperti bantuan pupuk. Selain itu, Disbun Kukar juga mendorong pengembangan komoditas lain seperti karet, kopi, kakao, lada, dan kelapa dalam.

Terkait kelapa dalam, Rudiyanto menjelaskan bahwa komoditas ini banyak dikembangkan di daerah pesisir seperti Samboja dan Muara Jawa. Namun pengembangan lebih lanjut di kawasan tersebut masih terkendala faktor teknis, terutama infrastruktur pengendali air laut seperti pintu air.

"Air pasang laut sangat mempengaruhi struktur tanah, sehingga dibutuhkan perbaikan teknis sebelum dilakukan budidaya lanjutan," jelasnya.

Di wilayah darat, kelapa dalam tetap eksis meski skalanya lebih kecil. Masyarakat kini juga mulai melirik jenis kelapa lain seperti kelapa batok dan kelapa genjah yang dianggap lebih adaptif dan memiliki potensi pasar tersendiri.

Untuk kopi dan kakao, pengembangannya tersebar di beberapa lokasi. Kopi dikembangkan di daerah Perangat, Jonggon, Cipari, dan Kohiman, dengan jenis lokal maupun luar. Sementara kakao berkembang di Lung Anai dan SP3, yang sebagian besar dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT). Bantuan pengembangan datang dari anggaran kabupaten maupun provinsi, bergantung pada alokasi tahun berjalan.

Rudiyanto menambahkan, meskipun luas lahan kopi tidak sebesar kelapa sawit, Disbun Kukar tetap berupaya memberikan dukungan maksimal.

"Kami bantu lahan 2 sampai 5 hektare, termasuk penyediaan alat, sarana pasca-panen, dan rumah produksi. Di Jonggon dan Cipari, rumah produksi telah kami bangun agar hasil panen petani memiliki nilai tambah," pungkasnya. (adv/dri)



Pasang Iklan
Top