• Selasa, 16 September 2025
logo
DPRD Provinsi Kalimantan Timur

Diskominfo Kutai Kartanegara



(Kegiatan pembukaan Koordinasi dan Sinkronisasi Penguatan Jejaring Antar Lembaga Perlindungan Anak di Hotel Grand Elty Singgasana)


TENGGARONG, (KutaiRaya.com) Untuk memperkuat perlindungan anak dari pengaruh negatif dunia digital, termasuk maraknya judi online dan konten tidak layak, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kutai Kartanegara menggelar kegiatan Koordinasi dan Sinkronisasi Penguatan Jejaring Antar Lembaga Perlindungan Anak. Kegiatan ini berlangsung di Hotel Grand Elty Singgasana, Tenggarong, Kamis (15/5/2025).

Acara tersebut dihadiri oleh berbagai unsur lembaga terkait, termasuk institusi pendidikan dan organisasi pemerhati anak, sebagai bagian dari langkah bersama dalam mencegah dampak buruk teknologi informasi terhadap anak dan remaja. DP3A Kukar menekankan pentingnya keterlibatan aktif lintas sektor dalam menyikapi persoalan ini secara serius dan terstruktur.

Plt. Kepala DP3A Kukar, Hero Suprayitno, dalam paparannya mengungkapkan bahwa pengawasan dari orang tua dan lingkungan pendidikan terhadap aktivitas anak masih tergolong longgar. Hal ini membuat anak-anak lebih rentan terhadap paparan konten negatif dan aktivitas online yang berisiko, seperti judi daring.

“Kita perlu mengantisipasi hal ini secara bersama. Pencegahan harus dilakukan secara masif dan sistematis. Semua pihak, khususnya lembaga pendidikan, harus meningkatkan kesadaran akan pentingnya penggunaan teknologi secara bijak,” tegas Hero.

Ia menambahkan, meskipun teknologi informasi sangat penting untuk menunjang kompetensi siswa, sisi negatifnya juga harus diwaspadai. Anak-anak perlu diarahkan agar tumbuh menjadi individu unggul, berbudaya, dan siap menghadapi tantangan global, bukan justru terjebak dalam arus informasi yang salah arah.

Dalam konteks penggunaan kecerdasan buatan (AI) di lingkungan sekolah, Hero menyampaikan bahwa AI harus dimanfaatkan sebagai alat bantu yang memperluas wawasan siswa, bukan justru membuat mereka kehilangan kreativitas.

“AI itu bermanfaat, tapi penggunaannya harus diarahkan dengan bijak. Jangan sampai siswa hanya meniru tanpa memahami. Mereka harus bisa memodifikasi dan mengembangkan pengetahuan yang diperoleh,” katanya.

Untuk itu, konsep pembelajaran seperti “ATM” (Amati, Tiru, Modifikasi) dinilai penting untuk dikenalkan sejak dini. Dengan pendekatan ini, siswa diharapkan mampu berpikir kritis dan kreatif dalam menyerap dan menerapkan informasi dari teknologi. Guru pun dituntut untuk terbuka terhadap perkembangan dan mampu menyesuaikan metode pembelajaran.

DP3A Kukar juga menyoroti pentingnya memperluas jangkauan sosialisasi ke sekolah-sekolah. Meskipun upaya ini telah berjalan, Hero menekankan bahwa jejaring yang kuat antar lembaga perlu terus dibangun agar pesan-pesan perlindungan anak lebih efektif dan menyentuh langsung pihak-pihak yang berperan penting dalam pendidikan.

“Anak-anak dan guru bisa menjadi agen perubahan di sekolah. Dengan dukungan organisasi lokal dan mitra strategis, kita yakin edukasi yang disampaikan akan berdampak lebih luas dan kuat dalam membentuk generasi yang sadar teknologi, tapi tetap beretika,” tutupnya. (Dri/Adv)



Pasang Iklan
Top