TENGGARONG, (KutaiRaya.com) Dinas Pariwisata (Dispar) Kutai Kartanegara terus mendorong pengembangan desa wisata, salah satunya melalui program Based Tourism Village (BTV) tahun 2025. Dalam rangkaian program ini, Desa Pela menjadi salah satu kandidat yang dinilai oleh tim asesmen selama tiga hari.
Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Dispar Kukar, Ridha Fatrianta, menyampaikan bahwa pihaknya turut mendampingi tim asesmen yang terdiri dari akademisi dan perwakilan kementerian. Salah satu tim asesmen adalah Prof. Aswar, seorang profesor pariwisata dari TOR Malaysia.
"Asesmen dilakukan selama kurang lebih tiga hari di Desa Pela. Dari informasi yang kami terima, hanya dua desa di Indonesia yang masuk penilaian BTV tahun ini, yaitu Desa Taro dan Desa Pela," ujar Ridha, Selasa (15/4/2025).
Ia menjelaskan bahwa jika Desa Pela lolos dalam program BTV, maka akan ada tindak lanjut berupa program-program pengembangan dari UNWTO (Organisasi Pariwisata Dunia) yang berada di bawah naungan PBB. Hasil penilaian tersebut dijadwalkan akan diumumkan pada bulan Mei 2025.
Dalam kunjungan tersebut, tim juga membahas kebutuhan pendamping atau pemandu wisata yang akan berperan penting dalam mendukung aktivitas wisata di desa. Ridha menekankan bahwa pendamping wisata merupakan bagian dari profesi yang tergabung dalam Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI).
"Tugas Dispar adalah membina para pemandu wisata ini. Kami rutin mengadakan sertifikasi setiap tahun bekerja sama dengan lembaga resmi, termasuk untuk pemandu wisata di tingkat dasar seperti di Pokdarwis,"tambahnya.
Untuk peningkatan kapasitas, Dispar Kukar juga melibatkan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) yang telah terakreditasi nasional dan mengeluarkan sertifikasi melalui BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi).
"Jika ada masyarakat atau pelaku wisata yang ingin mengikuti pelatihan atau sertifikasi, kami siap memfasilitasi melalui jalur resmi yang tersedia," pungkas Ridha. (adv/dri)