
TENGGARONG (KutaiRaya.com) - Kecamatan Samboja Barat terus menunjukkan potensinya sebagai pusat pertanian unggulan di Kutai Kartanegara. Salah satu sektor yang berkembang pesat adalah pertanian hidroponik, yang kini menjadi andalan di wilayah tersebut.
Sentra hidroponik utama berada di Bukit Suharto, yang memasok sekitar 80% kebutuhan hidroponik di Pasar Balikpapan.
Perkembangan pertanian hidroponik di Samboja Barat mendapat perhatian dari berbagai pihak, termasuk pemerintah provinsi, Gubernur, hingga otoritas Ibu Kota Nusantara (IKN). Di Kelurahan Bukit Merdeka, hidroponik menjadi komoditas utama dengan mayoritas hasil panennya dikirim ke Balikpapan.
Selain hidroponik, sektor pertanian sayuran juga berkembang pesat, terutama di Karya Merdeka, Sungai Merdeka, dan Salopi Laut. Wilayah ini dikenal sebagai pemasok utama tomat, timun, cabai, dan pepaya California ke Balikpapan, dengan produktivitas yang terus meningkat.
Menurut Camat Samboja Barat, Burhanuddin, pertanian sayuran dan hidroponik telah menjadi sumber penghidupan bagi banyak warga. Petani di daerah ini tergabung dalam kelompok tani maupun mengelola usaha secara mandiri.
Salah satu kelompok tani yang cukup menonjol adalah Rawa Lombor, yang menjadi sentra produksi sayuran di Samboja Barat. Kelompok ini telah membuktikan bahwa pertanian bisa menjadi sumber pendapatan yang sangat menguntungkan.
Salah satu contoh sukses adalah Pak Selamet, seorang petani yang mampu meraup pendapatan hingga ratusan juta rupiah hanya dalam dua bulan dari panen timun dan tomat. Keberhasilannya dipengaruhi oleh harga pasar yang tinggi serta teknik budidaya yang efektif.
"Jika harga sedang bagus, hasil panen bisa mendatangkan keuntungan besar. Namun, tantangannya adalah stabilitas harga dan kepastian pasar," ujar Burhanuddin, Kamis (27/3/2025).
Meski sektor pertanian di Samboja Barat menjanjikan, masih ada tantangan yang harus dihadapi. Salah satu kendala utama adalah kerja sama dengan pihak IKN yang hingga kini belum terealisasi. Petani berharap adanya kepastian kerja sama langsung dengan IKN agar mereka bisa mendapatkan harga yang lebih menguntungkan, tanpa harus bergantung pada tengkulak.
"Jika ada kerja sama langsung dengan IKN, petani akan lebih sejahtera karena harga jual akan lebih baik. Saat ini, masih banyak petani yang bergantung pada tengkulak yang sering menentukan harga sesuka hati," kata Burhanuddin.
Para petani dan pemerintah kecamatan berharap agar sektor pertanian terus mendapat perhatian dan pembinaan dari pemerintah, terutama dalam bentuk bantuan alat pertanian, permodalan, serta peningkatan infrastruktur seperti jalan dan sistem irigasi.
Akses transportasi yang baik akan sangat membantu dalam distribusi hasil panen, meningkatkan efisiensi produksi, serta mendukung kesejahteraan petani. Jika sarana dan prasarana pertanian semakin baik, maka sektor ini akan terus berkembang dan menjadi salah satu penggerak utama perekonomian lokal di Samboja Barat.
"Dengan potensi besar yang dimiliki, bukan tidak mungkin Samboja Barat akan menjadi lumbung pangan utama di Kalimantan Timur, terutama dalam bidang pertanian hidroponik dan sayuran segar." pungkasnya. (Dri/Adv)