
TENGGARONG (KutaiRaya.com) - Dua belas tahun lalu, tepatnya pada 26 November 2011, menjadi hari tak terlupakan bagi masyarakat Kutai Kartanegara atau Kukar.
Pada hari itu terjadi sebuah tragedi runtuhnya Jembatan Kutai Kartanegara yang merenggut puluhan korban jiwa dan mengakibatkan kerusakan parah kendaraan yang melintas di atas jembatan itu.
Anggota DPRD Kaltim dari Dapil IV Kukar Salehuddin, S.Sos, S.Fil, M.AP berpesan, dengan tragedi kejadian ambruknya jembatan Kukar mengingatkan kembali bagaimana kita bisa mawas diri terkait proses perencanaan pembangunan sarana prasarana termasuk proses pemeliharaan khususnya di Kukar.
"Jangan sampai ada potensi human eror atau proses pembangunan yang dari sisi perencanaan maupun pembangunannya itu tidak memenuhi kaidah atau ketentuan dalam proses pembangunan sarana fisik," ujarnya.
Termasuk lanjut politisi Golkar ini, dalam hal kedepannya kejadian ini menjadi refleksi bagaimana betul-betul pembangunan fisik perlu direncanakan dengan bagus, memenuhi kaidah yang sesuai ketentuan, kemudian proses perawatannya juga harus diperhitungkan dengan baik.
"Pemkab Kukar jangan hanya pandai membangun sarana dan prasarana saja tapi juga harus komitmen melakukan perawatan yang baik dan pembangunan berkelanjutan," harapnya.
Perlu diketahui, jembatan Kutai Kartanegara adalah jembatan yang melintang di atas Sungai Mahakam. Jembatan ini menghubungan Kota Tenggarong dengan Kecamatan Tenggarong Seberang yang menuju ke Kota Samarinda. Jembatan yang dibangun pada 1995 dan selesai pada 2001 dengan menghabiskan dana sebesar 150 miliar.
Namun, pada 26 November 2011, Jembatan Kertanegara mengalami ambruk pada pukul 16.30 WITA. Saat ambruk, Jembatan Kutai Kartanegara saat masih berumur 10 tahun. Akibatnya, sejumlah kendaraan yang melintas di atasnya tercebur ke Sungai Mahakam dan menewaskan sejumlah orang dan puluhan luka-luka. Para korban pun segera dilarikan ke RSUD Aji Parikesit untuk mendapatkan perawatan intensif. (One)