
Orkes Kesenian Tanah Hulu Kota Bangun.(Foto: Dok. Orkes Tanah Hulu)
TENGGARONG, (KutaiRaya.com) : Orkes Kesenian Tanah Hulu, lahir untuk melanjutkan Kesenian Orkes yang saat ini minim di Kecamatan Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar).
Komunitas ini lahir dadakan pada Desember 2024, namun membawa semangat pemuda untuk melanjutkan kesenian orkes yang hampir hilang di wilayah tersebut.
Salah satu anggota Orkes Kesenian Tanah Hulu, Farlie menceritakan, awal terbentuknya komunitas ini, bermula dari informasi adanya sebuah acara di Desa Kota Bangun Ulu, yaitu HUT desa, dengan judul Kota Bangun Bahari, atau yang dikenal dengan sebutan Beheri.
"Waktu itu panitia kesulitan mencari pelaku seni orkes di Kota Bangun. Ada sih, tapi sebagian sudah meninggal dan ada juga yang sudah pensiun," ujar Farlie pada Kutairaya.com saat dihubungi, Senin (15/12/2025).
Dengan kondisi minimnya Kesenian Orkes, ia dan temannya berinisiatif untuk membentuk grup secara mendadak.
Berbekal dengan niat dan semangat, mereka mulai mengajak anak-anak muda yang bisa bermain musik, meskipun sebagian besar belum memiliki latar belakang dengan alat musik tradisional.
Ia sendiri mengaku, lebih terbiasa bermain musik band. Sementara temannya, hanya satu orang yang paham mengenai dasar musik tradisional karena pernah mengikuti ekstrakurikuler Gambus Tingkilan saat SMA. Dari situlah Orkes Kesenian Tanah Hulu mulai terbentuk.
Nama Tanah Hulu pun dipilih dengan cerita unik. Nama tersebut berasal dari sebutan masyarakat daerah ilir seperti Samarinda dan Tenggarong untuk wilayah Kota Bangun dan sekitarnya. Nama itu kemudian dianggap sebagai identitas kesenian.
"Tujuan kami ingin melanjutkan seni orkes di Tanah Hulu, karena sudah jarang anak muda yang mau terlibat," jelasnya.
Orkes Kesenian Tanah Hulu selalu menyuguhkan musik yang perpaduan antara tradisional dan modern. Alat musik yang digunakan biasanya seperti gambus, gitar, bass elektrik, kajon, dan vokal. Meski begitu, mereka tetap membawa lagu-lagu tradisional Kutai.
Saat ini, Orkes Kesenian Tanah Hulu beranggotakan sekitar tujuh hingga delapan orang, dengan dua penyanyi. Anggota ini bersifat tidak tetap, karena sebagian anggota masih bersekolah, bekerja bahkan berkeluarga.
Selama melestarikan kesenian ini, Ia mengaku, harus menghadapi berbagai tantangan, terutama soal keterbatasan alat musik.
Beberapa peralatan yang digunakan masih hasil pinjaman. Selain itu, keterbatasan waktu latihan juga menjadi kendala karena kesibukan masing-masing.
"Kalau dukungan pemerintah, jujur saja belum ada yang terasa langsung. Dukungan lebih banyak datang dari teman dan penonton," tambahnya.
Sejak terbentuk, Orkes Kesenian Tanah Hulu sudah banyak tampil di berbagai acara, salah satunya di acara Kota Bangun Bahari pada tahun 2024 dan kembali tampil pada tahun 2025.
Kedepannya, pihaknya tengah berencana untuk lebih serius mendalami kesenian tradisional Kutai. Mereka berencana untuk mencari referensi, belajar dari komunitas tingkilan Sepuh, hingga berguru ke tempat-tempat seperti Museum Muara Kaman.
Sementara untuk pemerintah, mereka berharap, kedepannya adanya perhatian dan dukungan agar kesenian orkes di Kota Bangun tidak hilang.
"Harapan kami sederhana, semoga Tanah Hulu bisa panjang umur, dan kesenian ini tetap hidup di Kota Bangun," harapnya. (*zar)