
Komunitas Seni Kuda Kepang Turonggo Bintang Mudo.(Foto: Komunitas Seni Kuda Kepang Turonggo Bintang Mudo)
TENGGARONG, (KutaiRaya.com) : Di Desa Loa Duri Ilir, Kecamatan Loa Janan telah berdiri Komunitas Seni Kuda Kepang Turonggo Bintang Mudo sebagai salah satu penjaga warisan budaya di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar).
Berdiri sejak tahun 1989, komunitas ini terus berusaha melestarikan seni kuda kepang agar tetap dikenal dan dicintai oleh generasi muda.
Sekretaris Komunitas Turonggo Bintang Mudo, Djubat menceritakan, kesenian ini sebenarnya sudah lama hidup di tengah masyarakat.
"Awal mulanya ya tahun 80-90 an itu sudah ada kesenian kuda kepang. Sudah ada yang mengurus, jadi kita membentuk komunitas bersama-sama masyarakat dan anak-anak di Loa Duri Ilir," ujar Djubat pada Kutairaya.com, Rabu (10/12/2025).
Saat ditanya perbedaan pada kesenian Kuda Lumping dan Kuda Kepang, ia menjelaskan, meski sering dianggap berbeda, ia menegaskan bahwa keduanya sebenarnya serupa.
"Sebetulnya sama, keduanya dibuat dari anyaman bambu, atau kepang. Hanya penyebutan dan gaya pertunjukannya yang kadang berbeda," ucapnya.
Nama komunitas ini juga punya arti khusus, ia menerangkan. Turonggo itu artinya kuda. Bintang itu cahaya. Mudo berarti muda. Jadi maknanya, komunitas ini diharapkan bisa menjadi cahaya bagi anak-anak muda untuk melestarikan seni kuda kepang.
Saat ini, komunitas Turonggo Bintang Mudo memiliki sekitar 60 anggota yang terdiri dari anak-anak, remaja hingga orang tua. Keterlibatan generasi muda menjadi harapan besar agar tradisi ini tidak hilang dimakan zaman.
"Anak-anak mulai SD sudah kita ajari tarian. Ada juga dewasa. Orang tua mendukung karena kalau anak muda tidak ikut, siapa lagi," jelasnya.
Menjaga komunitas seni yang bertahan lebih dari tiga dekade tentu tidak mudah, ia mengaku, dinamika anggota menjadi salah satu tantangan.
"Orang kadang keluar masuk. Ada yang senang, ada yang tidak. Komunitas ini juga terdiri dari berbagai suku, bukan hanya Jawa. Tapi tujuan kita sama melestarikan seni," katanya.
Selain itu, masalah peralatan juga menjadi hambatan besar.
"Alat kami kurang memadai, bantuan sulit. Tahun 2016 pernah mengajukan, tapi susah sekali dapat. Sekali saja pernah dapat bantuan. Mau beli sendiri pun berat," ungkapnya.
Meski belum maksimal, komunitas ini tetap mendapat perhatian dari pemerintah setempat.
"Pembinaan dari Pak Kades Loa Duri Ilir, Kecamatan Loa Janan, itu bagus," sebutnya.
Sepanjang perjalanan hingga tahun 2025, komunitas ini sudah banyak tampil, baik di tingkat kecamatan maupun di luar daerah.
"Kegiatan pertama biasanya di Kecamatan Loa Janan sendiri, kemudian juga tampil di Kota Samarinda dan banyak tempat lainnya," imbuhnya.
Komunitas Turonggo Bintang Mudo berharap, kesenian kuda kepang tetap hidup dan berkembang di Kukar.
"Harapannya lebih maju. Bisa terus ada generasi yang menggantikan. Supaya kesenian kuda kepang tetap lestari sampai kapan pun," harapnya. (*zar)