• Selasa, 16 Desember 2025
logo
DPRD Provinsi Kalimantan Timur



Wakil Kepala Sekolah SDN 021 Tenggarong, Alimansiah.(Andri wahyudi/kutairaya)


TENGGARONG, (KutaiRaya.com): Pembelajaran mata pelajaran (mapel) bahasa Kutai sebagai muatan lokal di tingkat Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) masih menghadapi berbagai tantangan, salah satunya di SDN 021 Tenggarong,

Hal ini disampaikan Wakil Kepala Sekolah, Alimansiah.Ia menjelaskan, pembelajaran bahasa Kutai diberikan untuk siswa kelas 1 hingga kelas 6.

Pada awalnya, sekolah memiliki guru khusus bahasa Kutai. Namun, setelah terjadi kekurangan tenaga pendidik akibat beberapa guru pensiun, guru bahasa Kutai akhirnya harus dirangkap menjadi guru kelas.

"Dulu ada guru khusus bahasa Kutai. Tapi karena kekurangan guru, beliau dijadikan guru kelas. Akhirnya sekarang bahasa Kutai diajar oleh wali kelas masing-masing," ujarnya, Selasa (9/12/2025).

Bahkan, seorang guru P3K yang sebelumnya berlatar belakang sebagai pengajar bahasa Kutai juga dialihkan menjadi guru kelas karena kebutuhan tenaga pengajar di sekolah.

Terkait kendala pembelajaran, Alimansiah mengatakan, kesulitan utama bukan terletak pada kemampuan siswa.

Sebagian besar siswa masih fasih dalam bahasa Kutai. Namun, ketersediaan buku pegangan dan referensi sangat minim.

"Anak-anak sebenarnya banyak yang bisa bahasa Kutai. Tapi buku pegangan kita sangat minim. Referensinya sedikit. Buku cetak khusus hampir tidak ada," ujarnya.

Untuk mengatasi hal itu, guru biasanya mengunduh materi dari internet dan mencetaknya sebagai bahan ajar..

Ia menambahkan pendampingan khusus dari dinas belum pernah diterima pihak sekolah.

"Kalau pelatihan dari dinas ada, tapi pendampingan langsung ke sekolah belum ada," katanya.

Metode pembelajaran bahasa Kutai di sekolah dilakukan seperti mata pelajaran lainnya, termasuk praktik seperti membaca teks, membuat cerita berbahasa Kutai, dan kegiatan lainnya.

Untuk kegiatan ekstrakurikuler, sekolah saat ini hanya memiliki Pramuka dan Pancasila.

Ekstrakurikuler terkait budaya, seperti HAPSI tidak lagi berjalan karena pelatihnya pindah.

Alimansiah berharap ke depan bahasa Kutai tetap lestari dan didukung dengan kelengkapan referensi yang memadai.

"Kami berharap ada buku-buku referensi yang lebih lengkap, misalnya kamus bahasa Kutai. Setahu kami belum ada yang lengkap," ucapnya.

Saat ini, SDN 021 Tenggarong memiliki sekitar 33 guru dan tenaga kependidikan,

Sementara itu, Plt. Kepala Bidang Kurikulum, Pengembangan Bahasa dan Sastra, Perizinan Pendidikan, serta Pendidik dan Tenaga Kependidikan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kukar, Nuraini, membenarkan pembinaan guru bahasa Kutai masih terbatas.

"Karena anggaran terbatas dan sudah melalui rasionalisasi, tahun ini hanya sekitar 35 sampai 40 guru yang bisa kami ikutkan pelatihan. Padahal jumlah sekolah jauh lebih banyak," ujarnya.

Kendati demikian, ia memastikan Disdikbud Kukar tetap memberikan bekal dasar kepada guru-guru agar mampu mengajarkan bahasa Kutai sebagai muatan lokal wajib.

Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi sekolah-sekolah yang gurunya bukan berasal dari suku Kutai.

"Di wilayah pantai misalnya, banyak guru yang bukan orang Kutai asli. Tapi mereka tetap harus mengajar karena bahasa Kutai sudah menjadi kurikulum muatan lokal wajib," katanya.

Nuraini menambahkan, kurikulum muatan lokal ini mulai diberlakukan pada 2024 dan baru terlaksana penuh pada tahun ini.

Penerapannya mencakup jenjang SD dan SMP,, sementara jenjang PAUD belum masuk program.

Meskipun pelatihan masih terbatas, seluruh sekolah sudah memiliki perwakilan guru yang dibekali pelatihan dasar.

Dengan berbagai keterbatasan tersebut, Disdikbud Kukar akan terus berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Kutai agar menjadi bagian penting dalam pelestarian budaya daerah. (dri)



Pasang Iklan
Top