
Komunitas Aksara Nusantara. (Dok:Aksara Nusantara)
KUKAR, (KutaiRaya.com) : Rumah Kelompok Kreatif Aksara Nusantara terus menunjukkan eksistensinya sebagai ruang berkarya bagi para pemuda di Kecamatan Samboja Barat.
Komunitas ini lahir dari kekhawatiran para seniman muda yang pada saat itu, minimnya wadah atau ruang berkarya di Kecamatan Samboja, dan saat itu Pemerintah kecamatan Samboja telah mendukung dan mensupport atas hadirnya Aksara Nusantara.
Komunitas ini berdiri secara legalitas pada 2019, Aksara Nusantara membawa semangat multikultur yang kuat. Sesuai namanya, Nusantara, komunitas ini menaungi beragam kesenian dari berbagai etnis di wilayah pesisir, seperti Bugis, Toraja, Dayak, dan Flobamora (NTT), hingga kesenian khas Kutai seperti Jepen Pesisir.
"Di wilayah pesisir ini banyak pendatang yang membentuk kampung, membawa seni dan tradisi dari daerah asal mereka. Tapi sayangnya dulu tidak ada wadah untuk menyalurkannya," ujar Founder Komunitas Seni Aksara Nusantara Muhammad Nur Hidayat pada Kutairaya.com saat dihubungi, Selasa (9/12/2025).
Legalitas komunitas ini semakin kuat setelah Pemerintah Kukar, melalui Disdikbud, merespon positif keberadaannya dan menerbitkan Nomor Induk Kesenian (NIK) pada 2019.
Sejak itu, Aksara Nusantara berkembang menjadi salah satu komunitas seni yang cukup aktif di Kukar, khususnya di Samboja Barat.
Ia menyebutkan, saat ini Aksara Nusantara telah memiliki 68 anggota. Untuk akhir tahun pihaknya tengah mempersiapkan pagelaran seni berjudul Sabang Merauke yang akan digelar di Lake View pada malam pergantian tahun.
Selain itu, Aksara Nusantara juga beberapa kali dipercaya mewakili Samboja Barat dalam berbagai ajang besar seperti Erau adat Kutai 2025
"Dari Samboja Barat pasti kami kirim untuk delegasi sudah dua kali, mulai dari 2024 dan 2025, karena kan ERAU ini masih baru aktif untuk melibatkan beberapa kecamatan yang ada di Kukar sejak 2024, kemudian Festival Pesisir atau Festival Laut, Samboja Expo, kemudian Penampilan di acara Harmoni Nusantara di IKN pada 5 Desember 2025 lalu, " ungkapnya.
Walaupun begitu, ia menerangkan, selama mempertahankan komunitas ini, pastinya terdapat tantangan yang harus dihadapi salah satunya sebagian besar kegiatan masih dilakukan secara swadaya, mulai dari kostum, konsumsi, hingga pembelian alat musik.
Dari pihak Disdikbud Kukar, perhatian sudah ada, namun realisasi bantuan belum sepenuhnya berjalan. Proses pengajuan proposal untuk pengadaan kostum dan alat musik masih tertunda akibat kondisi anggaran daerah yang saat ini mengalami defisit.
"Harapannya tahun depan bisa ada realisasi bantuan, terutama untuk pendidikan nonformal. Fasilitas itu penting untuk pengembangan anak-anak dan pelaku seni," tambahnya.
Di tahun 2025, Aksara Nusantara fokus berbenah sambil menunggu program Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS) yang dijadwalkan kembali pada 2026. Saat ini, mereka sudah membina ekstrakurikuler tari di SMA 2 Samboja Barat dan berencana memperluas pembinaan ke jenjang SD dan SMP.
Tak hanya menampilkan tarian nusantara, Aksara Nusantara juga tengah mengembangkan karya berbasis literatur lokal, salah satunya tentang asal usul nama Samboja, yang berasal dari istilah Tionghoa Samboja yang bermakna tiga hari belum makan. Kisah ini rencananya akan dipentaskan setelah mendapatkan legalitas cerita dari Disdikbud Kukar
Menurutnya, kata Aksara dipilih sebagai simbol kesepakatan bersama. Aksara berarti huruf sesuatu yang bisa dibaca, ditafsirkan, dan diceritakan. Sejalan dengan seni tari dan pertunjukan, yang pada dasarnya membaca literatur, kisah, dan budaya, lalu menerjemahkannya ke dalam gerak.
"Harapannya kami bisa terus berinovasi melalui literatur untuk mendukung program pemerintah di bidang pariwisata dan kebudayaan," sebutnya.
Hidayat berharap, pemerintah dapat menaruh perhatian lebih kepada sanggar seni yang aktif, khususnya di wilayah pesisir.
"Selama ini kami masih swadaya. Kalau ada alat musik, anak-anak bisa belajar, bukan hanya bermain gadget. Jadi kami berharap ada program yang benar-benar turun ke lapangan," tutupnya. (*zar)