
Potret pergudangan di Kota Samarinda sebagai wadah penampungan bahan atau barang impor ke Kaltim. Kamis (04/12/2025).(Foto:Abi/KutaiRaya)
SAMARINDA, (KutaiRaya.com) : Nilai impor Provinsi Kalimantan Timur pada bulan Oktober 2025 meningkat 7,8 persen lebih dari bulan sebelumnya. Terutama, pada sektor kebutuhan konsumsi masyarakat dan industri.
Peredaran angka impor kian meingkat di bulan Oktober dibanding bulan September sebelumnya. Sebesar 473 Juta Dollar AS perputaran nilai impor di Kaltim. Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Timur (BPS Kaltim) Yuniar Juliana mengungkapkan, terdapat kenaikan impor di sektor non migas dan migas pada bulan Oktober kemarin.
"Migas itu 5,31 persen dan Non Migas ada di angka 23 persen. Ini menandakan bahwa terdapat aktivitas industri yang produktif, positif dan terus bergerak," ucapnya.
Digali lebih dalam, barang konsumtif mengalami lonjakan lebih tinggi hampir menyentuh angka 100 persen di banding bulan September. Tercatat, 97 persen barang konsumtif terimpor ke Kaltim.
"Kalau barang konsumtif, faktornya karena kebutuhan masyarakat menjelang akhir tahun," tambahnya.
Untuk bahan baku sendiri, impor Kaltim jauh lebih besar dengan besaran 94,40 persen di bulan Oktober 2025. Dan 5,46 persen untuk barang modal.
"Kalau dilihat secara bulanan, memang barang konsumsi meningkat, tapi kontribusi masih sangat kecil," ungkapnya.
Untuk impor non migas sendiri, penyumbang impor terkecil berada di negara-negara Asia Tenggara itu sendiri, sebesar 11 persen. Sementara negara pemasok terbesar masih di pegang oleh Tiongkok ( nilai 20,55 Juta Dollar AS) sebesar 26,38 persen. Diikuti oleh German 12,54 persen dan AS 11,61 persen.
Meski secara month-to-month terjadi oeningkatan nilai impor. Namun, secara years-on-years (y-o-y), Kaltim mengalami penurunan curam di bandingkan dengan Otober 2024 lalu. Sebeaar 37,65 persen terjadi penurunan, yang secara umum dipengaruhi oleh barang moda dan bahan baku akibat menurunnya aktivitas industri.
Perlambatan investasi yang dibarengi dengan penghematan industri menjadi efek yang sangat berpengaruh, akibat penurunan bahan baku penolong secara y-o-y sebesar 37 persen dan badang modal yang menurun curam hingga 49,24 persen. (*Abi)