• Selasa, 25 November 2025
logo
DPRD Provinsi Kalimantan Timur



Foto bersama dari para penari Sanggar Tari Gegoq Goraaq.(Dok:Gegoq Goraaq)


TENGGARONG, (KutaiRaya.com) : Sanggar Tari Gegoq Goraaq asal Dusun Putak, Desa Loa Duri Ilir, Kecamatan Loa Janan, tetap berdiri dan konsisten melestarikan seni tari Dayak Tunjung Benua. Sanggar yang ada sejak tahun 2000 ini terus berupaya menjaga warisan budaya agar tidak punah.

Kepala Bagian Humas, Andi Christian sanggar tari tersebut menceritakan awal perjalanan sanggar ini. Gegoq Goraaq pertama kali terbentuk pada tahun 2000 dan sempat aktif mengikuti berbagai kegiatan. Namun, di tahun-tahun berikutnya, sanggar ini mengalami masa vakum.

"Waktu itu jarang ada event yang bisa diikuti oleh sanggar. Kegiatan hanya latihan, tidak ada penampilan. Lama-lama penari dan pemusik jadi jenuh," ujar Andi pada Kutairaya.com saat dihubungi, Jumat (21/11/2025).

Ia menambahkan, minat generasi muda terhadap seni budaya juga menurun akibat perkembangan teknologi saat ini. Setelah sempat vakum, pada tahun 2010, melalui dukungan program CSR perusahaan sekitar Dusun Putak dan sanggar kembali dihidupkan.

Kegiatan latihan dan pertunjukan pun perlahan mulai berjalan, hingga kebangkitan sanggar makin terasa sejak 2018, hingga akhirnya aktif seperti sekarang.

Ia menegaskan, alasan berdirinya Sanggar Gegoq Goraaq untuk menjaga kelestarian tarian tradisional Dayak Tunjung Benua, sekaligus menanamkan kecintaan budaya kepada generasi muda saat ini.

"Kalau generasi muda tidak kita libatkan, seni budaya bisa hilang. Karena itu misi kita melestarikan dan meneruskan," ucapnya.

Saat ini, sanggar memiliki 50 hingga 60 anggota, mulai dari anak-anak SD hingga ibu-ibu.

"Event anak-anak, remaja, pemuda sampai ibu-ibu, semua siap. Kita punya lengkap," tambahnya.

Walaupun fasilitas sanggar cukup terbantu oleh program dan dukungan pemerintah, tantangan tetap ada terutama pada sumber daya manusia.

"Sekarang jarang anak muda atau ibu-ibu yang tertarik dengan seni. Teknologi dan perkembangan zaman membuat minat budaya mereka semakin turun. Karena itu, kami terus berupaya melakukan regenerasi agar seni tari tetap hidup, " ungkapnya.

Selama tahun 2025, Sanggar Gegoq Goraaq telah tampil di berbagai daerah, termasuk di luar kota.

"Kemarin itu di Jogja dan Malang. Di Malang kita ikut event dari Dinas Pariwisata Kukar, event Begenjoh," imbuhnya.

Nama sanggar ini juga memiliki arti yang bermakna dengan kebahagiaan masyarakat Dayak Tunjung Benua.

"Gegoq itu artinya riang gembira. Goraaq itu luapan kegembiraan. Jadi jika dianalogikan seperti anak yang sangat senang melihat ayahnya pulang membawa oleh-oleh," tuturnya.

Untuk kedepannya, ia memiliki tujuan yang besar. Bukan hanya bertahan, tetapi juga berkembang dan dikenal lebih luas.

"Kita ingin melestarikan budaya ini agar bisa tampil di tingkat nasional, bahkan Internasional," tukasnya. (*zar)



Pasang Iklan
Top