
Para penari dari Sanggar Tari Teratai.(Dok: Sanggar Tari Teratai)
TENGGARONG, (KutaiRaya.com) : Sanggar Tari Teratai tetap bertahan dan berdiri tegak menjaga warisan seni tradisional, khususnya tari Jepen.
Sanggar ini didirikan sejak tahun 2006 oleh Indriyati sang pelestari tari Jepen. Sanggar tari ini diklaim sebagai sanggar tari pertama di Tenggarong, Kutai Kartanegara.
"Dulu di Tenggarong belum ada sanggar tari sama sekali. Saya yang pertama kali membentuk," ujar Ketua Sanggar Tari Teratai Indriyati pada Kutairaya.com melalui via telpon, Rabu (29/10/2025).
Sebelum dikenal dengan sanggar tari Teratai, sanggar ini sempat diberi nama Sanggar Seni Budaya. Nama Teratai sendiri dipilih karena melambangkan keteguhan dan daya tahan.
"Bunga teratai itu tumbuh di mana saja, di darat maupun di air, tapi tetap hidup dan indah. Itu artinya kita harus terus bertahan, apa pun keadaannya," ucapnya.
Sejak awal berdiri, Sanggar Tari Teratai berfokus melestarikan tari Jepen tarian khas Kutai. Meski kini banyak muncul versi modifikasi, ia tetap mempertahankan keaslian gerak dan irama tarian tersebut.
"Anak-anak sekarang banyak yang memodifikasi. Tapi saya tetap ajarkan yang asli, walaupun saya kembangkan, tetap tidak meninggalkan dasar aslinya," tegasnya.
Perjalanan panjang sanggar ini tentu tidak mudah. Selama hampir dua dekade ia mengaku banyak menghadapi berbagai tantangan, terutama masalah dana.
"Kendalanya ya dikeuangan. Dari dulu saya jalan sendiri, pakai iuran anak-anak saja," tuturnya.
Meski begitu, semangat untuk menjaga budaya tidak pernah padam. Ia menggunakan uang hasil dari setiap penampilan untuk membeli kain dan perlengkapan tari bagi anak-anak binaannya.
"Kalau untuk tempat latihan juga di rumah saya sendiri," tambahnya.
Dukungan dari pemerintah, menurutnya, masih sebatas 50 persen. Beberapa kali sanggar ini mendapat bantuan berupa kain atau alat musik seperti sampe dan gambus, namun selebihnya ditopang secara swadaya.
Sanggar Tari Teratai kini masih aktif, meskipun jumlah penari tidak sebanyak dulu, untuk saat ini berjumlah 50 orang.
"Dulu bisa sampai 100 orang yang latihan. Sekarang banyak yang kuliah di luar kota, tapi kalau ada waktu, mereka tetap datang latihan," ucapnya.
Selama tahun 2025, Sanggar Tari Teratai telah tampil di berbagai acara dalam dan luar kota, meski belum pernah tampil hingga ke pulau Jawa.
"Saya kemarin dapat anugerah atau penghargaan sebagai pelestarian tari Jepen. Mudah-mudahan itu bisa membuka mata pemerintah. Saya minta tolong, liriklah Sanggar Tari Teratai ini. Bantu kami seperti sanggar-sanggar lain," harapnya.
Ia berharap agar sanggar yang ia bangun sejak 2006 ini bisa terus menjadi wadah bagi generasi muda untuk mencintai dan melestarikan budaya daerahnya.
"Saya ingin tari Jepen tetap hidup. Jangan sampai hilang di zaman sekarang," tutupnya. (*zar)