
Area persawahan di Tenggarong.(Achmad Rizki/Kutairaya)
TENGGARONG,(KutaiRaya.com): Hasil pertanian padi sawah di Desa Rapak Lambur, Kecamatan Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, akan ditampung lewat Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Hal ini bagian menjawab keluhan dari petani terhadap harga jual yang tak stabil.
Kepala Desa Rapak Lambur Muhammad Yusuf mengatakan, selama ini para petani menjual hasil pertaniannya ke tengkulak dengan harga tak menetap.
Jika kondisinya terjadi panen raya, kemungkinan besar harga gabah kering lebih murah dan jika yang panen hanya sedikit, maka harga padi bisa lebih tinggi.
"Selama ini tengkulak terkadang memainkan harga pasaran. Untuk harga gabah kering saat ini Rp 8.000 dan gabah basah sekitar Rp 6.500," kata Muhammad Yusuf kepada Kutairaya, Sabtu (25/10/2025).
Dengan kondisi itu, para petani mengeluhkan dan menyampaikan aspirasi kepada pemerintah desa, untuk mencarikan solusi terhadap penjualan hasil panen.
Pasalnya, jika harga panen rendah itu tak sesuai dengan biaya produktivitas yang tinggi.
Menampung hasil pertanian, sesuai dengan arahan Kementerian Desa yang mana Anggaran Dana Desa (DD) bisa dimanfaatkan sebagai penguatan ketahanan pangan lewat BUMDes.
"Saat ini kita masih menyusun aturan dan sistemnya. Masih dibicarakan dengan petani terkait dengan harga penjualan hasil panen, sehingga petani dan BUMDes bisa untung," tuturnya.
Di Rapak Lambur, ada sekitar 18 kelompok pertanian padi sawah.
Kelompok tersebut telah mengelola sekitar 500 hektare (ha) area persawahan dan masih ada sekitar 300 ha yang dikelola dengan maksimal.
"Dalam sekali panen, Desa Rapak Lambur mampu memproduksi beras hingga 80 ton. Ini menunjukkan masih ada masyarakat yang menggeluti di bidang ketahanan pangan," ujarnya.
Sehingga sektor pertanian perlu didukung penuh oleh pemerintah desa dan daerah.
Sektor pertanian merupakan peluang bisnis yang menjanjikan, karena pertanian bagian dari ketahanan pangan. (ary)