Astra Motor Kalimantan Timur 2 bagikan edukasi dalam memahami tantangan berkendara bagi generasi Z lewat kampanye #Cari_Aman.(Foto: AMK2)
SAMARINDA, (KutaiRaya.com) : Saat berkendara menggunakan sepeda motor, seringkali Gen Z mengalami teralihkan oleh notifikasi, pesan, ataupun game. Gangguan perhatian atau konsentrasi ini sangat berpotensi menyebabkan terjadinya kecelakaan. Berikut ini beberapa tips aman bagi Gen Z saat berkendara.
Menurut Data dan Proporsi Generasi pada Tahun 2025, Generasi Z menjadi generasi dengan populasi terbesar di Indonesia, dengan perkiraan mencapai sekitar 28% dari total penduduk. Disusul dengan Generasi Milenia yang berada di posisi kedua dengan persentasi sekitar 26% dari total penduduk dan Generasi X menjadi generasi ketiga terbesar dengan sekitar 20% populasi.
Berdasarkan data diatas, penting bagi generasi Z yang mendominasi proporsi di Indonesia untuk menjaga perilaku berkendara agar terhindar maupun terlibat kecelakaan. Mobilitas menggunakan sepeda motor masih menjadi pilihan favorit dalam beraktivitas, bersekolah maupun berkegiatan ekonomi.
Fajrin Nur Huda selaku Instruktur Safety Riding Astra Motor Kalimantan Timur 2 mengungkapkan pentingnya penerapan ilmu keselamatan berkendara lewat kampanye #Cari_Aman dalam berkendara sehari-hari terlebih bagi para anak muda yang mudah teralihkan perhatiannya saat berkendara.
“#Cari_Aman adalah salah kampanye inisiatif Honda yang bertujuan meningkatkan kesadaran generasi Z akan pentingnya keselamatan berkendara dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan minat generasi Z, serta memiliki arti tentang proses menemukan keselamatan itu sendiri,” ujar Fajrin.
“Generasi Z, yang lahir di era digital, memiliki karakteristik unik yang memengaruhi perilaku berkendara mereka di jalan raya” tambahnya.
Lebih lanjut ia menyampaikan beberapa tantangan utama yang dihadapi gen-Z saat berkendara lewat kampanye #Cari_Aman.
1.Distraksi Teknologi
Ketergantungan pada smartphone menjadi godaan besar. Notifikasi, pesan, dan game seringkali mengalihkan perhatian dari jalan. Penggunaan headset, smartwatch, atau perangkat wearable lainnya juga dapat mengganggu konsentrasi saat berkendara. Konsentrasi adalah segalanya. Ini adalah kunci utama untuk menghindari kecelakaan dan memastikan perjalanan yang aman.
2.Perrsepsi Risiko Rendah
Generasi Z sering kali merasa tidak akan terjadi kecelakaan pada diri mereka. Hal ini membuat mereka kurang waspada dan cenderung mengambil risiko. Kurangnya pengalaman berkendara terutama di usia muda menjadi faktor lain yang membuat mereka kurang memahami potensi bahaya di jalan. Kecelakaan lalu lintas bukan sekadar peristiwa yang menimbulkan kerugian materi dan fisik, tetapi juga memiliki dampak jangka panjang yang sangat signifikan.
3.Tekanan Media Sosial
Tekanan media sosial yaitu dorongan untuk mengunggah konten menarik di media sosial, seperti video saat berkendara yang melakukan aksi berbahaya termasuk kecepatan tinggi. Kecenderungan untuk meniru perilaku terutama yang dianggap keren atau populer karena menentang bahaya dapat mendorong perilaku yang tidak aman.
Selalu periksa kebenaran informasi yang diperoleh dari media sosial sebelum mempercayainya. Gunakan nalar dan akal sehat serta berbagai sumber terpercaya untuk memverifikasi.
4.Kurangnya Kesadaran Konsekuensi
Generasi Z cenderung lebih fokus kepada kesenangan saat ini daripada memikirkan konsekuensi jangka panjang dari tindakan mereka. Dan mereka mungkin belum sepenuhnya menyadari betapa seriusnya dampak kecelakaan lalu lintas, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Mulai membudayakan keselamatan sebagai yang utama untuk melindungi perjalanan masa depan.
Pendidikan lalu lintas yang kurang menarik serta tidak mengikuti perkembangan digital dianggap isinya tidak lagi relevan bagi Generasi Z. Mengembangkan minat belajar yang lebih luas sangat perlu dilakukan untuk menambah wawasan dan ilmu dari berbagai sumber. (AMK/One)