
Kepala Disdikbud Kukar, Thauhid Afrilian Noor.(Foto"ALfiah)
TENGGARONG,(KutaiRaya.com)Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kutai Kartanegara (Kukar) menggelar bimbingan teknis (bimtek) penyusunan silabus muatan lokal bagi guru-guru sekolah dasar (SD). Kegiatan ini berlangsung pada Senin (7/7/2025) di Hotel Grand Fatma, dengan fokus pada penguatan pola pembelajaran holistik berbasis bahasa daerah dan kearifan lokal.
Kepala Disdikbud Kukar, Thauhid Afrilian Noor, menjelaskan bahwa silabus yang disusun harus mampu menjadi pegangan utama guru dalam menyampaikan materi muatan lokal, termasuk Bahasa Kutai dan Bahasa Inggris.
"Guru-guru harus punya silabus, harus ada polanya. Urgensinya sangat besar, karena guru di sekolah memang butuh pegangan," tegas Thauhid.
Menurutnya, penyusunan silabus muatan lokal bukan perkara sederhana. Bahasa Kutai, misalnya, memiliki ragam dialek yang bervariasi di setiap kecamatan. Hal ini menuntut adanya keterlibatan ahli bahasa untuk memastikan keakuratan materi ajar.
"Bahasa Kutai pun bervariasi, Sebulu lain, Bermuntai lain, Kenohan lain. Tenggarong ini juga punya dialek tersendiri. Jadi harus disusun rapi," jelasnya.
Thauhid juga menyoroti perlunya kejelasan dalam struktur silabus, mulai dari jenjang kelas hingga urutan materi. Ia mencontohkan bahwa untuk kelas satu, materi yang diajarkan harus berbeda dan disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan peserta didik.
"Kelas berapa, susunannya bagaimana, materinya apa. Itu harus jelas. Dulu kan begitu juga, harus urut materi satu, materi dua. Itu penting," ujarnya.
Selain menyusun silabus, Disdikbud Kukar juga menyiapkan buku ajar Bahasa Kutai sebagai bagian dari program resmi pemerintah.
Ia menekankan bahwa buku tersebut tidak boleh diperjualbelikan dan akan dicetak ulang untuk dibagikan secara gratis ke sekolah-sekolah.
"Kami khawatir ada yang mau menjual, padahal buku-buku itu seharusnya digratiskan. Jangan sampai dibebankan lagi ke murid, karena ini bagian dari program pemerintah,"katanya.
Terakhir, melalui kegiatan bimtek ini, Thauhid berharap guru-guru semakin memahami pentingnya silabus sebagai panduan pembelajaran dan alat evaluasi.
"Kalau guru tidak paham silabusnya, kacau. Apa yang diajarkan bisa sebarang, hanya mengandalkan ingatan. Silabuslah yang memandu," tutupnya. (adv)