
Kabid Kebudayaan Disdikbud Kukar, Puji Utomo.(Foto:Nur)
TENGGARONG,(KutaiRaya.com): Lomba seni budaya tradisi yang digelar dalam rangkaian Erau Adat Kutai 2025 diproyeksikan menjadi ruang pelestarian budaya lokal. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kutai Kartanegara (Kukar) menegaskan, kegiatan ini merupakan bagian dari pembinaan dan upaya menjaga pakem seni tradisional.
Kabid Kebudayaan Disdikbud Kukar, Puji Utomo, menyebutkan lomba ini meliputi kategori Tarsul, Jepen, musik Tingkilan, dan lagu Kutai. Semua ditampilkan sesuai bentuk aslinya.
"Kami ingin membangun kembali budaya tradisinya, pakemnya seperti apa. Karena itu bagian tupoksi kami, yaitu pembinaan dan pelestarian," ujarnya, pada Kamis (18/9/2025).
Menurutnya, pelestarian tidak berarti menutup ruang pengembangan. Hanya saja, dalam lomba ini yang ditampilkan adalah bentuk asli seni tradisi.
"Kalau untuk pengembangannya, silakan bisa digunakan pariwisata, ditambah musiknya, dengan alat-alatnya boleh. Kalau kami, ya seperti yang mana asalnya," kata Puji.
Ia mencontohkan pada kategori Tarsul, syair yang ditampilkan adalah karya peserta sendiri, tetapi tetap mengikuti aturan dari panitia.
"Kalau tarsul itu adalah kata-kata mereka sendiri, ada tutur katanya, ada bahasanya. Yang jelas syairnya tidak boleh bersifat menghasut, SARA, bahkan menghina," jelasnya.
Puji menambahkan, kegiatan ini juga menjadi ruang edukasi budaya, terutama bagi generasi muda.
"Di situ ada pembinaan dan pelestarian sekaligus. Pembinaannya itu adalah bahwa musik-musik tradisional seperti itulah adanya pada zaman itu," katanya.
Ia berharap lomba ini tidak hanya menjadi ajang seremonial tahunan, tetapi juga mampu menghidupkan kembali seni tradisional di tengah masyarakat.
"Harapan kami, budaya tradisional bisa terus terekspos dan dinikmati masyarakat, agar keberlanjutannya tetap terjaga," pungkasnya. (adv)