• Jum'at, 12 September 2025
logo
DPRD Provinsi Kalimantan Timur



Penampilan Tarian Hudog Dayak Bahau dari Sanggar Seni Apau Punyaat Kalimantan Timur.(Foto:Andri Wahyudi/KutaiRaya)


TENGGARONG, (KutaiRaya.com): Tari Hudog dari Sanggar Seni Apau Punyaat dari Kalimantan Timur, hadir pada Lanjong Art Festival (LAF) 2025 yang digelar di Ladang Budaya (Ladaya) Jumat (22/8/2025) malam. Tari ini disajikan pada acara pembukaan Festival tersebut.

Event bertaraf internasional ini dikemas oleh Yayasan Lanjong Indonesia, menjadi satu pertunjukan kontemporer, dan menghadirkan seniman-seniman lokal hingga mancanegara.

Tarian ini wujud rasa syukur atas bumi yang dipijak dan doa untuk keselamatan dan pelaksanaan Lanjong Art Festival selama sepekan ini.

Menurut suku Dayak Busan, manusia tidak mampu melihat roh-roh para dewa sehingga digunakanlah topeng sebagai perantara perjumpaan.

Ritual Hudog dilakukan untuk menolak bala dan meminta keberkahan hidup. Sanggar seni Apau Punyaat menyajikan sebagai langkah pembuka rangkaian festival.

Penari Hudog, Adventus Juan Tanting atau biasa dipanggil Juan (24) menjelaskan, tarian Hudog berasal dari suku Dayak Bahau khususnya bausan dan bausak. Selain itu Dayak Bahau juga ada Dayak Modang yang memiliki tarian Hudog.

"Untuk tarian ini sendiri kami membawakan dari suku Dayak Bahau, tepatnya dari Sanggar tari Apau Punyaat Kalimantan Timur, tarian ini mayoritas banyak di Kutai Barat dan Mahakam Ulu," ujar Juan.

Tarian Hudog sendiri merupakan tarian tradisi, dan ditampilkan pada saat masyarakat dayak bahau setelah selesai panen padi atau menugal, biasanya di bulan Oktober dan November.

Hudog ini sendiri tentang roh leluhur yang turun dari kayangan, memberikan dampak yang baik, contohnya dengan memberikan hasil padi yang baik bagi masyarakat.

"Tarian hudog ini sudah pernah kami tampilkan ke luar daerah seperti Jakarta, Bali, sedangkan luar negeri Malaysia dan Singapura," jelasnya.

Ia menyebutkan, penampilan tarian ini dibawakan minimal 3 orang penari, sementara untuk penampilan di kampung bisa puluhan sampai ratusan dengan diiringi alat musik tambur (tufung) dan gong.

Ia menambahkan, kesan pertama bisa tampil di LAF ini sangat senang dan bangga, karena sangat jarang tarian ini dibawakan di event internasional seperti di Lanjong Art Festival. Tanggapan penonton ada yang kagum, kaget tapi lebih banyak respon positif karena mereka juga baru banyak yang tau kalau ada tarian topeng dari Kalimantan Timur.

"Harapan kedepan, semoga tarian Hudog ini bisa terus dilestarikan, dan tentunya bisa memperkenalkan sampai mancanegara," harapnya.

Tarian Hudog ini merupakan tarian kuno atau ritual yang sudah jadul, intinya kalau kita sudah totalitas dalam berkarya dan kesenian. Kita mau membawakan tarian hudog dimana saja agar tetap semangat. Dan bagi masyarakat yang mau mempelajari tarian ini bisa tanya-tanya ke ketua adat, agar tidak sembarang dibawakan.

"Karena di zaman sekarang ini terlalu banyak penari yang tampil tanpa tau aslinya seperti apa, pakemnya seperti apa. Regenerasi tarian hudog sampai saat ini tetap terjaga terutama di Mahakam Ulu dan Kutai Barat. Kami juga terus mengajak anak-anak muda untuk ikut dalam kesenian," pungkasnya. (Dri)



Pasang Iklan
Top