• Minggu, 02 November 2025
logo
DPRD Provinsi Kalimantan Timur

Disdikbud Kutai Kartanegara



Kepala Disdikbud Kukar, Thauhid Afrilian Noor.(foto:rohman)


TENGGARONG,(KutaiRaya.com): Perayaan adat Erau 2025 dipastikan bukan hanya menjadi pesta tradisi masyarakat Kutai, tetapi juga daya tarik wisata budaya yang siap menyedot perhatian ribuan pengunjung, baik dari dalam maupun luar daerah.

Pemerintahh Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) bersama Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, kini tengah mematangkan seluruh persiapan agar hajatan tahunan ini berlangsung tertib, meriah, dan bernilai edukatif.

Kepala Disdikbud Kukar, Thauhid Afrilian Noor, menegaskan bahwa Erau 2025 bukan sekadar agenda adat, melainkan juga sarana memperkenalkan kekayaan tradisi Kutai kepada masyarakat luas.

"Pemerintah fokus mendukung kegiatan di luar keraton seperti tarian massal dan atraksi budaya, sementara prosesi sakral tetap sepenuhnya di bawah kewenangan Kesultanan," ujar Thauhid.

Rangkaian Erau 2025 akan dibuka secara resmi pada 21 September di Stadion Aji Imbut. Masyarakat akan disuguhi tarian massal, seni pertunjukan tradisional, hingga atraksi khas Kutai yang selalu menjadi tontonan utama wisatawan.

Pesta adat ini akan berlangsung selama sepekan penuh hingga 28 September, dan ditutup dengan prosesi Belimbur yang selalu ditunggu masyarakat. Namun tahun ini, prosesi Belimbur mengalami penyesuaian jadwal menjadi 29 September, sesuai arahan Sultan Aji Muhammad Arifin.

"Belimbur selalu jadi magnet wisata. Penundaan sehari justru membuat masyarakat lebih siap, dan pengunjung bisa menikmati rangkaian acara secara utuh," jelas Thauhid.

Selainn Belimbur, prosesi adat lain seperti Menjamu Benua, Mendirikan Tiang Ayu, Ngulur Naga, hingga ziarah makam Sultan menjadi daya tarik tersendiri. Rangkaian inilah yang membuat Erau berbeda dari festival budaya lain.

Seacara umum pihak Disdik mengatakan, bahwa Erau merupakan warisan leluhur yang kini bertransformasi menjadi ikon pariwisata budaya.

"Erau adalah identitas kita. Bukan hanya milik masyarakat Kutai, tapi juga kekayaan bangsa yang harus dijaga," tutup Thauhid. (adv)



Pasang Iklan
Top