• Jum'at, 12 September 2025
logo
DPRD Provinsi Kalimantan Timur



Tempat Pengelolaan Sampah Reduce Reus Recyle Loa Kulu memanfaatkan sampah plastik menjadi bahan bakar minyak.(Achmad Rizki/Kutairaya)


TENGGARONG,(KutaiRaya.com): Sampah plastik yang kebanyakan orang menilai tak memiliki manfaat ekonomis, ternyata bisa diolah menjadi bahan bakar minyak. Di Pengelolaan Sampah Reduce Reuse Recyle (TPS3R) Kecamatan Loa Kulu, sampah plastik diolah menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM).

Koordinator Lapangan TPS3R Agus Supriyadi mengatakan, TPS3R di Loa Kulu memiliki mesin pirolisis sebagai pengolahan sampah plastik menjadi BBM. Untuk pengolahannya, sampah plastik itu dipilah dan dibersihkan khususnya yang berwarna bening. Sehingga bisa menghasilkan BBM yang warnanya cerah.

"Sampah yang sudah dipilah itu dimasukan ke dalam mesin dan dibakar selama 12 jam," kata Agus Supriyadi pada Kutairaya, di Loa Kulu, Selasa (12/8/2025).

Dari proses pembakaran itu akan menghasilkan BBM seperti solar, minyak tanah dan premium. Sementara BBM itu belum dilakukan pengkajian terkait kualitas atau kelayakan saat digunakan pada mesin.

Sementara itu Kepala Seksi (Kasi) Pelayanan Umum Pemerintah Kecamatan Loa Kulu Muhammad Fadli menyebutkan, mesin pengolah sampah menjadi BBM itu berkapasitas 1 kuintal dan menghasilkan sekitar 70 liter BBM.

"Tapi kita baru mencoba sekitar 50 kilogram sampah plastik dan menghasilkan total sekitar 10 liter BBM yang terdiri dari, solar, minyak tanah, dan premium," sebut Muhammad Fadli.

Ia menegaskan, BBM jenis seperti solar ini telah dibuktikan menggunakan mesin diesel. Mesin tersebut beroperasi dengan baik. Meskipun bisa menghasilkan BBM, namun yang menjadi tantangan terbesar pengolahan sampah tersebut ialah biaya produksi dengan hasil produksi tidak sesuai."Biaya produksi lebih mahal daripada yang dihasilkan, karena kita menggunakan 2 tabung LPG 12 Kilogram," tegasnya.

Untuk mengatasi hal tersebut, Pemerintah Kecamatan Loa Kulu tengah berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Kukar. Dan mencari opsi sebagai pengganti bahan bakar produksi BBM.

"Bahan bakar produksi BBM itu bisa menggunakan kayu bakar, yang disiram oli dan menggunakan blower," ujarnya.

Jika sudah menemukan solusi tersebut, ia meyakini terobosan ini sangat memberikan manfaat kepada masyarakat. Terlebih untuk menekan biaya produksi di sektor pertanian.

"Ini sangat menjanjikan, tapi kita perlu kajian untuk mencari solusi yang tepat dalam mengolah sampah plastik menjadi BBM," ucapnya.

Terpisah, Sekretaris DLHK Kukar Taufik menjelaskan, pemerintah daerah telah mendukung pengolahan TPS3R termasuk memberikan mesin pengolahan sampah berupa pirolisis.

"Kami sudah membangun TPS3SR lengkap dengan alat penunjangnya. Itu tinggal pengelolaannya saja dilakukan oleh masyarakat," jelas Taufik.

Untuk kendala yang dirasakan terhadap biaya produksi BBM tak sebanding, maka pengelola TPS3R harus mencari opsi atau melakukan terobosan. Sehingga pengolahan sampah menjadi BBM berjalan dengan baik.

"Nanti kita bantu dan dukung penuh terhadap pengelolaan TPS3R tersebut," pungkasnya. (ary)



Pasang Iklan
Top