• Jum'at, 12 September 2025
logo
DPRD Provinsi Kalimantan Timur



Sudirman kuasa hukum TRC PPA Kaltim resmi membuat laporan terkait kasus dugaan pencabulan.(Achmad Nizar/Kutairaya)


TENGGARONG,(Kutairaya.com): Tindakan tidak terpuji dilakukan oleh seorang pengajar di salah satu Pondok Pesantren Kukar. Seorang pengajar A (30), diduga melakukan pencabulan kepada 8 santri laki laki dibawah umur.

"Laporan dari keluarga sudah kami terima pada 11 Agustus 2025 pagi, kami kemudian melakukan pendampingan terhadap para korban," kata Sudirman Kuasa Hukum Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak (TRC PPA) Kaltim , kepada Kutairaya.com, Senin (11/8/2025) di salah rumah makan kawasan Jalan Wolter Monginsidi Tenggarong.

Menurutnya, lembaga TRC PPA Kaltim dan UPTD PPA Kukar melakukan pendampingan para korban. Pelaku sudah pernah melakukan hal yang serupa di tahun sebelumnya dengan Ponpes yang sama, namun pada saat itu bukti yang dikumpulkan kurang sehingga pelaku tak bisa di jerat hukum.

"Ini bukan kasus yang pertama kali , di tahun sebelumnya, pelaku juga melakukan dugaan pencabulan kepada seorang santri laki laki di Ponpes yang sama," ucapnya.

RESMI LAPOR KE POLRES KUKAR

Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak (TRC PPA) Kaltim bersama UPTD PPA Kukar, resmi melaporkan kasus dugaan pencabulan pengajar Ponpes ke Polres Kukar, Senin (11/8/2025).

"Sebenarnya kami sudah melakukan laporan ke Polsek, namun dengan korban yang begitu banyak Polsek langsung mengarahklan pada Polres Kukar. Kami sudah selesai membuat laporan, jadi kita hanya menunggu tindak lanjut dari kepolisian," sebutnya.

Dari pengakuan para korban, selain mengalami tindakan pelecehan atau pencabulan, korban juga mengalami tindakan kekerasan fisik dari pelaku.
"Salah satu korban utama, kenapa kami bilang korban utama, karean korban ini tidak terhitung berapa kali dilakukan pencabulan terhadap pelaku, ketika dia tidak mau maka kekerasan itu diterima, sehingga korban lainnya harus mengikuti perintah pelaku," jelasnya.

Ia menyampaikan pelaku melakukan hal keji tersebut selalu dimalam hari dengan tempat yang berbeda, seperti di ruang pribadi pelaku atau tempat kajian.

"Terungkapnya kasus ini, karena memang ada satu anak yang depresi sehingga keluar dai Ponpes tersebut, dan anak tersebut lakukan speak up dan ternyata korban lainnya ikut speak up, korban ini tersebar di berbagai kota, ada yang di Balikpapan, Kutim, Bontang, Samarinda dan Kukar," katanya.

Diketahui juga pelaku merupakan anak dari Pimpinan Ponpes tersebut. "Saking depresinya korban, mendengar nama ponpes tersebut, mereka sudah menangis," tutupnya. (*zar)



Pasang Iklan
Top