
Sosialisasi dan Edukasi Permainan Tradisional Oleh RBK di Sekolah-sekolah (Andri Wahyudi/KutaiRaya)
TENGGARONG, KUTAIRAYA.COM : Pengenalan permainan tradisional terus digalakan oleh Rumah Budaya Kutai (RBK), salah satu organisasi di Tenggarong yeng bergerak pada pengembangan budaya dan ekonomi kreatif, dengan melakukan pengenalan ke sekolah untuk memberikan edukasi permainan tradisional kepada para siswa, baik tingkat sekolah dasar maupun Sekolah Menengah Pertama di Kukar.
Anggota RBK Tenggarong, Pepen mengatakan, bahwa edukasi ke pelajar dilakukan untuk mengenalkan permainan tradisional, mengingat seiring dengan pengembangan digitalisasi dan informasi membuat permainan ini mulai terlupakan. "Melalui upaya sosialisasi ini, membangun semangat lagi anak-anak mengenal permainan yang edukatif seperti enggrang, bakiak, gasing, dan lainnya." Kata Pepen, Rabu (16/7/2025).
Ia mengatakan bahwa untuk menumbuhkan kecintaan terhadap kebudayaan khususnya permainan tradisional perlu dikenalkan dari bawah dulu seperti sekolah-sekolah.
"Sejauh ini sudah banyak yang kami sosialisasikan terkait permainan tradisional ini. Dan mereka menyambut baik, bahkan meminta untuk difasilitasi permainan di sekolahnya." katanya Rabu (16/7/2025).
Ia menyebutkan, beberapa waktu lalu ada kegiatan kemah di Kecamatan Marangkayu. Mereka juga mengadakan perkemahan untuk tingkat SMP. Dari berbagai kota dan kabupaten yang ikut serta, banyak peserta yang ternyata tidak mengenal permainan tradisional.
"Dari sekitar 24 anak yang ikut, hanya dua atau tiga orang yang mengenal dua dari sepuluh permainan yang diperkenalkan. Jadi kalau dirata-rata, capaian pengenalan permainan tidak sampai 50%. Bahkan ada yang benar-benar tidak tahu sama sekali, bahkan nama permainannya pun tidak mereka kenal, apalagi cara bermain atau nilai-nilai di dalamnya." ujarnya.
Kondisi ini menunjukkan bahwa Kukar sebenarnya sudah cukup tertinggal dalam pelestarian permainan tradisional. Padahal, permainan ini punya banyak manfaat, termasuk dari sisi ekonomi dan sosial.
Dalam kemasan kegiatan anak-anak, permainan tradisional bisa ikut mengangkat perekonomian lokal, misalnya lewat produk atau jasa pendukung acara. Selain itu, secara tidak langsung, permainan ini mengurangi ketergantungan anak-anak terhadap gawai (digital).
"Saat anak-anak bermain, mereka diajak berkomunikasi dan bersosialisasi. Mereka berdiskusi: “Gimana cara mainnya?”, “Ayo kita bertanding.” Itu semua terjadi secara alami di dunia anak-anak. Karena itu, saya sering menyampaikan ke orang tua atau guru, kalau anaknya belum paham, coba suruh anak itu mengajarkan temannya." jelasnya.
Dalam kegiatan RBK, metode seperti itu cukup efektif. Misalnya, jika ada sepuluh anak dan hanya satu alat permainan, orang sering bingung bagaimana membaginya. Tapi karena keterbatasan anggota, hanya dua orang saja yang memberikan edukasi kepada semua anak.
Adapun caranya, anak yang sudah paham, diajari untuk mengajarkan temannya. Itu justru melatih mereka berbicara, menyampaikan instruksi dengan bahasa mereka sendiri bahasa anak-anak.
"Jadi dalam setiap bentuk kegiatan atau event, kami selalu siap membantu. Karena yang kami dorong bukan hanya permainannya, tetapi proses anak-anak belajar komunikasi, empati, dan kebersamaan. Dan itu jauh lebih berharga daripada sekadar tahu nama permainannya saja." jelasnya.
Sementara itu, Seorang siswa SMP di Tenggarong, Adi mengakui bahwa permainan terdisional ini sangat mengasyikkan. Apalagi dimainkan bersama-sama dengan teman. Selain melatih ketrampilan juga untuk melatih kreativitas.
"Kami berharap permainan seperti ini bisa diadakan di semua sekolah. Agar para pelajar bisa mengenal bahwa di Kutai ada permainan khas yang sangat menarik dan edukatif." tutupnya. (dri)