Pelaku Seni Tingkilan Khas Kutai Ardian (Andri Wahyudi/KutaiRaya)
TENGGARONG, (KutaiRaya.com): Ditengah perkembangan zaman yang modern, tak banyak pelaku musik tradisional tetap eksis untuk mempertahankan dan melestarikannya. Namun tidak bagi Ardian, tenaga honor Dinas Pariwisata Kukar yang bekerja di Museum Kayu Tenggarong itu, hingga saat ini masih bertahan untuk melestarikan musik Gambus Tingkilan Kutai.
"Karena kecintaan dan hobi, makanya saya mempertahankan musik Tingkilan Kutai ini," kata Ardian saat diwawancarai Kutairaya, Selasa (15/7/2025).
Ia memainkan musik Tingkilan disela sela bekerja di Museum Kayu. Dulu sempat duet dengan rekan kerjanya untuk bermain musik Tingkilan, namun karena rekannya telah meninggal dunia, ia bermain sendiri.
"Jadi saya sendirian aja lagi. Saya juga yang gendang, terus pakai gambusnya saya juga, yang nyanyi saya, jadi merangkap. Kalau untuk tampilnya sendiri di hari-hari tertentu, biasanya hari Sabtu, Minggu, dan hari besar nasional bisa juga." kata Ardian saat ditemui di Museum Kayu Tenggarong Selasa (15/7/2025).
Ardian mengungkapkan bahwa permainan gambus tingkilan mendapatkan apresi dari para pengunjung yang datang. Selain melestarikan kesenian yang ada di Tenggarong, alunan musik khas Kutai jadi hiburan bagi pengunjung yang datang ke Museum Kayu.
Ardian menjelaskan,dulu tingkilan ada himpunannya yakni Kelompok Seni dan Budaya Maju Karya. Melalui kelompok itu, sering tampil diberbagai acara pemerintahan, tidak hanya di kota Tengarong tapi tampil di kota Balikpapan. Tetapi saat ini dirinya membentuk kelompok seni yang dinamai Orkes Tingkilan Karyajaya Kutai Kartanegara.
"Kelompok seni saya sekarang, bernama Orkes Tingkilan Karyajaya Kutai Kartanegara, yang beralamat di Jalan Danau Jembang, Tenggarong." ujarnya.
Ia bersama teman-temannya sering juga diikutkan dalam berbagai acara besar, seperti Erau. Terakhir tampil di Erau tahun 2023 lalu di Stadion Rondong Demang Tenggarong, dengan membawakan seni musik tingkilan lengkap dengan tari jepen.
"Dalam tingkilan ini terdiri dari alat gambus, kendang, kuku lele, selo, dan penyanyinya paling sedikit lima orang personil. Tapi yang paling sering tampil gendang sama gambus aja." jelasnya.
Ardian melihat musik tingkilan banyak ditinggalkan dan kurang diminati, banyak orang memilih musik praktis, seperti elektone. Pelestarian musik tradisional itu agak kurang,karena generasi muda mudi kurang begitu banyak tertarik untuk belajar musik tradisional. "Mungkin orang berharapnya suruh melestarikan, tetapi generasi generasi muda susah untuk mau belajar. Artinya hanya orang-orang yang terpanggil lah yang mau untuk mengembangkan dan melestarikan," katanya.
Ia berharap kepada anak-anak muda Kutai Kartanegara untuk tidak malu-malu belajar musik tradisional, seperti gambus tingkilan ini.
"Saya juga terbuka dan siap untuk melatih dan melestarikan musik tradisional," ucapnya.
Ia menambahkan bahwa pengembangan kesenian tingkilan mendapat dukungan dari pemerintah, dengan bantuan berupa peralatan musik tingkilan yang tahun ini akan terealisasi.
"Kami juga dapat sound system, mixer dari pemerintah Provinsi Kaltim. Alhamdulillah ada perhatian dari pemerintah untuk kemajuan dan melestarikan kesenian khas Kutai ini." ungkapnya.
Sementara Kepala Bidang Kebudayaan Disdikbud Kukar Puji Utomo
sangat mendukung dengan pelestarian kesenian tingkilan salah satunya tingkilan di Tenggarong. Semua pelaku seni musik ini kedepan diharapkan bisa berkolaborasi dalam memajukan kesenian tradisional di Kukar.
"Kami juga telah memberikan fasilitas dibeberapa event-event, seperti di Titik Nol Tenggarong. Para pelaku seni bersatu dengan menampilkan keseniannya masing-masing." tutupnya. (dri)