• Kamis, 18 Desember 2025
logo
DPRD Provinsi Kalimantan Timur



Mestro Tari Gong Khas Dayak Kenyah dari Desa Muara Pendohon, Urai Ajang (Andri Wahyudi/KutaiRaya)


TENGGARONG, (KutaiRaya.com) Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) mempunyai maestro tari gong yang kini masih bertahan dan melestarikan kesenian tari dari Dayak Kenyah. Dia adalah Urai Ajang (72) yang berasal dari Desa Muara Pendohon, Kecamatan Tabang.

Urai Ajang penari adat Kenyah tertua di Tabang adalah keturunan langsung Raja Kenyah Umaq Timai bergelar Raden Tumenggung. Urai lahir di Muara Pedohon, 8 Agustus 1953. Sementara, gelar Raden Tumenggung untuk raja Kenyah didapatkan ayahnya dari pemberian Kesultanan Kutai.

"Saat ini anak-anak Raden Tumenggung sisa saya dan adik yang tinggal di Tenggarong. Sementara dua saudaranya yang lain telah wafat." ujarnya Jumat (11/9/2025).

Urai masih luwes dalam hal tari dengan gerakan lembut tangan, helai-helai bulu enggang bermekaran di atas jari-jarinya. Ada keluwesan yang luar biasa dari gerak dan kekuatan hentakan kaki yang memesona.

Tarian ini yang telah lama hilang kini bangkit lagi, dengan semangat Urai menunjukan keahliannya dalam menari khas Dayak Kenyah. Urai, mengaku belajar menari dari orang tuanya. Dan berkembang seiring permintaan orang-orang Kenyah yang memintanya menari setiap ada upacara dan pesta.

"Saya pasti diminta untuk menari setiap ada acara adat. Sejak muda saya juga secara rutin diminta menari di acara Erau. Terakhir saya menari di Erau di Tenggarong pada 2015. Kini setelah Erau berganti-ganti pelaksana mulai Kesultanan, Dinas Pariwisata, dan terakhir Disdikbud, termasuk gonta-ganti event organizer-nya." ungkapnya.

Namun seiring berjalannya waktu untuk mengikuti event di Tenggarong terputus dengan pelaku tradisi di pedalaman. Karena untuk mendatangkan seniman dari pedalaman seperti Tabang, memerlukan biaya yang lebih mahal dibandingkan jika diambil dari sekitaran Kota Raja.

Bahkan pemain musik yang biasa mengiringi Urai Ajang sudah tidak ada lagi. Dan ia mulai menari kembali dengan diiringi rekaman musik sape Kenyah dari tape. Gerak leher, kepala, tangan dan tubuhnya memukau. Menyiratkan kelembutan dan keserasian dari manifestasi pengalaman bekesenian sepanjang hayat.

"Sudah hampir 60 tahun saya menari, dari sekolah yang hanya sampai kelas 3 SD. Saya menikah usia 14 tahun," terangnya

Urai sendiri awalnya tinggal di bekas rumah raja, rumah besar dengan patung kayu besar di depan rumah. Rumah itu menghadap Sungai Belayan. Sekarang setelah suaminya wafat pada 2013, dan kini Urai tinggal sendiri di RT 1 Muara Pedohon tak jauh dari bangunan sekolah dasar di desa itu.

Bahkan sisa peninggalan raja berupa pakaian kebesaran dari Kesultanan dan pedang, tidak diperlihatkan. Katanya disimpan oleh almarhum sang kakak. Di rumahnya hanya menyisakan gong tua, perlengkapan untuk tari gong.

"Saat ini saya hidup dengan mengandalkan BLT dan hasil bertani, menanam pisang di samping dan belakang rumahnya. Agar tetap bisa bertahan hidup." ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Desa Muara Pedohon, Sung Ajan mengungkapkan bahwa masyarakat Kenyah Umaq Timai berasal dari Apokayan, yang merupakan sub suku Dayak Kenyah tertua yang ada di Tabang saat ini.

Umaq Timai mendiami Muara Pedohon berdasarkan pemberian tanah limpah kemurahan dari Sultan Kutai. Tanah limpah kemurahan ini berarti masyarakat Umaq Timai tidak perlu memberikan upeti kepada Sultan. Pengaturan soal hukum pembagian tanah itu sudah ada sejak 1850.

"Memang betul, Urai Ajang itu merupakan keturunan langsung dari Raden Tumenggung. Saya sendiri adalah saksi hidup, yang pernah berjumpa langsung dengan Raden Tumenggung," ucapnya.

Sun Ajan mengakui bahwa Urai Ajang merupakan penari Kenyah paling sepuh serta paling asli yang sudah diketahui olah masyarakat Kenyah mulai Muara Ritan, Ritan Baru, Buluq Sen hingga Bila Talang.

"Saya kira kalau tariannya, lunglainya, gerak seperti burung enggang, baik tangan dan badannya itu tak ada lagi yang mengalahkan dia. Dia bisa menyesuaikan tariannya dengan alunan sampek yang bermacam-macam, "katanya.

Sung Ajan kemudian justru heran ketika kami yang muda dan dari jauh datang, malah mengetahui soal sosok Urai Ajang ini.

"Dalam kepercayaan Kenyah ada yang dinamakan Balengan. Yaitu hantu atau roh yang mendampingi sesesorang. Tidak semua orang ada Balei Ngannya." ujarnya.

Terpisah, Kabid Kebudayaan Kukar Puji Utomo mengatakan sebagai bentuk mendukung kelestarian seni dan budaya pihaknya akan mengikuti Urai Ajang ke event tingkat nasional di Jakarta mestro tari yang akan dilaksanakan pada tanggal 12 Juli ini.

"Kukar akan mengirimkan maestro tari gong khas dayak kenyah dari Tabang di acara kementerian. Harapan kami melalui ajang ini bisa mengenalkan kesenian yang ada di Kukar khususnya dari seni tari." tutupnya. (dri)



Pasang Iklan
Top