TENGGARONG (KutaiRaya.com) - Sekretaris Daerah (Sekda) Kutai Kartanegara, Sunggono, secara resmi menutup rangkaian kegiatan Festival Pesisir Nusantara 2025 yang berlangsung di Lapangan Pasar Kuala Samboja, Kecamatan Samboja, Minggu (6/4/2025) malam.
Festival yang digelar sejak 3 April 2025 tersebut menampilkan berbagai pertunjukan seni dan budaya, mulai dari konser musik band lokal, tari tradisional, pesta adat, hingga bazar Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Penutupan festival dimeriahkan oleh penampilan spesial dari Band Wali yang sukses menghibur masyarakat Samboja dan sekitarnya.
Sekda Kukar Sunggono menyampaikan apresiasi tinggi kepada Dinas Pariwisata atas terselenggaranya kegiatan ini. Ia berharap Festival Pesisir Nusantara bisa kembali digelar tahun depan dengan lebih meriah dan partisipatif.
“Kegiatan ini juga merupakan bagian dari RPJMD Kutai Kartanegara, yang mengusung program
Sunggono juga menyoroti kehadiran sekitar 100 tenant UMKM yang berpartisipasi dalam bazar. “Jika diasumsikan terjadi perputaran uang sekitar satu juta rupiah per tenant per malam, maka selama tiga hari totalnya bisa mencapai sekitar Rp390 juta. Ini tentu menjadi sinyal positif bagi pertumbuhan UMKM lokal,” jelasnya.
Ia juga mengajak seluruh pelaku UMKM dan masyarakat untuk terus menciptakan langkah-langkah kreatif demi mendorong Kukar menjadi daerah yang berbudaya, maju, mandiri, dan sejahtera.
“Mari kita angkat potensi lokal seperti musik, kuliner, kriya, dan sektor ekonomi kreatif lainnya agar semakin dikenal luas,” tambahnya.
Sementara itu, Camat Samboja Damsik mengungkapkan bahwa Festival Pesisir Nusantara kini telah menjadi agenda resmi Pemkab Kukar dan tidak lagi sekadar milik Kecamatan Samboja. Ia menyebutkan bahwa dari 120 UMKM yang berpartisipasi, belum semuanya berasal dari 13 kelurahan dan desa di Samboja.
“Contohnya, salah satu peserta berasal dari Kelurahan Andir Barudaran. Bahkan, ada juga partisipan dari luar daerah seperti Balikpapan dan Samarinda. Ini menunjukkan antusiasme luar biasa,” ujarnya.
Rangkaian kegiatan festival ini dibagi dalam beberapa sesi, termasuk sesi adat istiadat yang digelar pada 2 dan 3 Maret. Berbagai ritual budaya seperti injak bara api, belimbur, dan melarung digelar sebagai bentuk ungkapan rasa syukur para nelayan, khususnya di Kelurahan Kuala.
“Alhamdulillah, dampaknya sangat positif terhadap peningkatan ekonomi masyarakat. Walau data pasti pendapatan UMKM belum kami rekap, namun geliatnya sangat terasa,” ujar Damsik.
Ia pun mengajak semua pihak, termasuk pemerintah provinsi dan pihak-pihak terkait dengan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, untuk terus mendukung dan mengembangkan event lokal seperti ini sebagai wujud nyata karya masyarakat yang patut diapresiasi. (Dri/Adv)