KUKAR (KutaiRaya.com) - Kondisi sedimentasi Sungai Belayan, yang menjadi urat nadi bagi masyarakat di 3 Kecamatan di Kukar yakni Kecamatan Kenohan, Kembang Janggut dan Tabang saat ini semakin parah.
Menurut salah satu warga Desa Kelekat Kecamatan Kembang Janggut Aspirun, bahwa kondisi sedimentasi Sungai Belayan saat ini semakin parah, diketahui lebar sungai belayan mencapai 200-250 Meter namun dengan semakin parahnya sedimentasi saat ini lebar sungai diperkirakan hanya 100-150 Meter.
"Hal ini tentunya berdampak buruk bagi warga disekitar aliran Sungai tersebut, terlebih dalam waktu dekat ini terdapat kejadian kapal warga yang kandas sehingga mengakibatkan terhambatnya aktifitas keseharian masyarakat, " ujarnya.
Ia berharap, pemerintah daerah khususnya Pemerintah Desa Kelekat segera menindaklanjuti agar tidak berdampak bagi aktifitas masyarakat.
"Jika dilihat dari aspek lingkungan hidup, sedimentasi yang terjadi akibat meandering sungai dapat berdampak negatif pada lingkungan sungai. Material sedimen dapat mencemari air, memengaruhi kualitas air, dan merugikan ekosistem sungai, oleh karenanya hal ini juga seharusnya menjadi perhatian dari dinas lingkungan hidup, " tuturnya.
Sementara itu, warga lainnya yang ditemui media ini Yus, yang merupakan warga Bukit Layang Kecamatan Kembang Janggut, juga menyampaikan beberapa keluhan atas terjadinya Sedimentasi di Sungai Belayan.
Menurutnya, banjir yang terjadi secara rutin hampir tiap tahun di wilayahnya kemungkinan disebabkan pendangkalan sungai belayan.
"Warga sebenarnya ingin melakukan normalisasi pada lokasi-lokasi yang terdapat endapan pasir di aliran sungai, namun keinginan tersebut tanpa didukung pemerintah maupun pihak-pihak terkait pastinya tidak akan terlaksana", imbuhnya.
Terpisah, saat di konfirmasi Kepala Urusan Umum Pemerintahan Desa Kelekat Fredy menuturkan, bahwa pihak Pemerintah Desa sebenarnya sudah mendengar keluhan-keluhan warga terkait terjadinya pendangkalan Sungai Belayan, khususnya para petani di Desa Kelekat.
"Para petani Desa Kelekat menyatakan bahwasanya tanaman yang seharusnya dapat dialiri air dengan Sungai Belayan namun akibat terjadi sedimentasi tidak dapat mengaliri perkebunan mereka, akibatnya beberapa tanaman mati terlebih pada musim kemarau mengingat para petani hanya dapat mengaliri tanaman dari air hujan, " ungkapnya.
Pihak Pemerintah Desa lanjutnya, sudah memiliki gagasan untuk melakukan normalisasi Sungai Belayan terutama yg melintasi Desa Kelekat, namun tentunya harus melibatkan beberapa unsur untuk merealisasikan gagasan tersebut, salah satunya dengan didukung pemerintah tingkat Kecamatan hingga tingkat Kabupaten.
"Terlebih apabila perusahan-perusahaan yang ada di wilayah Kecamatan kembang janggut membantu wacana tersebut tentunya gagasan Normalisasi Sungai Belayan dapat berjalan dengan baik dan maksimal. Selain itu, normalisasi sungai diharapkan dapat menjadi salah satu solusi untuk mengurangi banjir yang terjadi hampir setiap tahun di wilayah kami, " pungkasnya.
Sebagai informasi, Sungai Belayan merupakan anak sungai dari Sungai Mahakam yang melintasi 3 Kecamatan di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara tepatnya di Kecamatan Kenohan (1.302,20 km2), Kec. Kembang Janggut (1.923,90 km2) dan Kec. Tabang (7.764,50 km2).
Sungai ini menjadi jalur lalu lintas, sumber air untuk kehidupan sehari-hari, sekaligus mata pencaharian bagi sebagian warga. Selain itu, Sungai Belayan menjadi urat nadi bagi masyarakat di 3 Kecamatan bahkan dulunya menjadi akses satu-satunya untuk menuju 3 kecamatan tersebut. (One)