• Jum'at, 31 Oktober 2025
logo
DPRD Provinsi Kalimantan Timur



‎(Peristiwa)


‎‎Ilustrasi banjir di Samarinda akibat curah hujan yang lebat, Jumat (24/10/2025). (Foto:Dok.google )


‎SAMARINDA, (KutaiRaya.com) : Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Aji Pangeran Tumenggung (APT) Pranoto Samarinda, mengingatkan masyarakat Kalimantan Timur untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana cuaca ekstrem (hidrometeorolog) pada 10 hari terakhir bulan Oktober 2025. Peringatan ini disampaikan seiring dengan prediksi meningkatnya intensitas hujan di wilayah Benua Etam.

‎Kepala Stasiun Meteorologi Kelas III APT Pranoto, Riza Arian Noor menjelaskan, peningkatan curah hujan tersebut berpotensi menimbulkan sejumlah bencana seperti banjir, tanah longsor, jalan licin, sungai meluap, hingga pohon tumbang akibat hujan yang disertai angin kencang dan petir.

‎"Hujan dengan intensitas tinggi berpotensi terjadi dibeberapa wilayah Kaltim. Kami mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap risiko bencana hidrometeorologi," ujarnya.

‎Berdasarkan analisis BMKG, pada periode Dasarian III atau 21–31 Oktober 2025, sebagian besar wilayah Kaltim diperkirakan akan mengalami curah hujan kategori menengah, berkisar antara 50 hingga 150 milimeter dengan peluang hujan mencapai lebih dari 80 persen. Namun, beberapa wilayah barat dan utara diprediksi akan mengalami curah hujan lebih tinggi, terutama di sebagian Kutai Kartanegara, Kutai Barat, Mahakam Ulu, Bontang, Kutai Timur, dan Berau, dengan peluang hujan mencapai 50–60 persen.

‎"Untuk prakiraan deterministik Dasarian III, sebagian besar wilayah Kaltim akan mengalami curah hujan 75–150 mm. Sementara di beberapa wilayah barat dan utara, curah hujan dapat mencapai 150–200 mm," terangnya Riza.

‎BMKG juga mencatat, bahwa sifat hujan di sebagian besar wilayah Kaltim berada pada kategori atas normal, yaitu antara 116 hingga 200 persen dibandingkan kondisi biasanya. Kondisi ini mengindikasikan terdapat peningkatan aktivitas cuaca yang perlu diperhatikan oleh masyarakat dan pemerintah daerah. Dari hasil pemantauan Hari Tanpa Hujan (HTH) pada Dasarian II atau periode 11–20 Oktober 2025, sebagian besar wilayah Kaltim masih mengalami hujan, meskipun terdapat sejumlah kecamatan yang mencatat hari tanpa hujan selama 1 hingga 20 hari.

‎"Durasi HTH terpanjang tercatat di Kecamatan Talisayan dan Tabalar (Berau), Linggang Bigung, Jempang, dan Siluq Ngurai (Kutai Barat), serta Kembang Janggut dan Muara Kaman (Kutai Kartanegara). Sementara di Paser, Kecamatan Tanah Grogot mencatat HTH hingga 13 hari," jelasnya.

‎Menghadapi potensi meningkatnya intensitas hujan, BMKG mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat untuk memperkuat kesiapsiagaan, terutama di wilayah rawan bencana. Upaya menjaga kebersihan saluran air dan sistem drainase juga dinilai penting agar curah hujan tinggi tidak menyebabkan genangan atau banjir di kawasan permukiman.

‎"Kami mengimbau agar pemerintah daerah dan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama di wilayah rawan bencana, serta pentingnya menjaga saluran air dan sistem drainase agar curah hujan tinggi tidak menimbulkan genangan maupun banjir," pungkas Riza. (*Abi)



Pasang Iklan
Top