
Anggota Orkestra Tepian Mahakam usai tampil di SOE.(Dok: Orkestra Tepian Mahakam)
TENGGARONG, (KutaiRaya.com) : Seni tingkilan yang telah diwariskan turun temurun sejak lebih dari satu abad lalu, kini hadir dalam wadah baru lewat Orkestra Tepian Mahakam.
Komunitas musik ini tak hanya menjaga budaya Kutai tetap hidup, tapi juga membawa tingkilan ke panggung besar dengan melibatkan anak muda.
Ketua Orkestra Tepian Mahakam, Muhammad Irwansyah menceritakan, awal mula kesenian ini sudah ada sejak tahun 1910, sejak itu tingkilan dimainkan oleh almarhum Salim atau Boyok Salim, yang kemudian dilanjutkan oleh generasi berikutnya, hingga dirinya sendiri sejak 1998 melalui LPKK, dan tepat pada tahun 2023, terbentuklah Orkestra Tepian Mahakam.
Sebelum diberi nama Tepian Mahakam, komunitas ini dikenal sebagai Orkes Tepian Pandan, yang dibentuk oleh almarhum Ahmad Sofian, salah satu tokoh penting dalam pelestarian tingkilan.
Beliau juga merupakan pencipta lagu-lagu terkenal daerah Kutai seperti Erau Tenggarong dan Danau Lipan. Nama Tepian Mahakam sendiri dipilih sebagai penghormatan terhadap Sungai Mahakam, yang menjadi ikon di kehidupan masyarakat Kutai.
"Nama itu dipilih karena identik dengan budaya kita, dan menggambarkan semangat gotong royong serta cinta terhadap kampung kita, " jelasnya.
Sesuai dengan warisan ayahnya, ia melibatkan anak-anak sekolah dalam orkestra ini. Anggotanya berasal dari berbagai jenjang, mulai dari SD hingga SMA, dan saat ini, Orkestra Tepian Mahakam memiliki 12 anggota.
"Bapak saya (Ahmad Sofiyan) dulu juga membina anak-anak sekolah saat menjadi kepala sekolah di Muara Kaman. Sekarang saya pun melakukan hal yang sama. Anak-anak ini kita latih untuk bermain tingkilan, " tambahnya.
Ia menyebutkan, selama berjalannya waktu, Orkestra Tepian Mahakam juga dibina langsung oleh berbagai pihak seperti PT Mahakam Gerbang Raja Migas, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kukar dan Dinas Pariwisata (Dispar) Kukar.
Ia mengaku, saat ini dengan masih kurangnya job untuk kesempatan tampil anak-anak masih kurang, hal ini pastinya untuk pembinaan lanjutan agar anak-anak bisa berkembang lebih luas di dunia seni.
"Kami tidak mengejar bayaran, tapi kami ingin agar tingkilan ini bisa dikenal luas dan dicintai masyarakat. Rezeki pasti ada, dan kami siap melayani masyarakat dan pemerintah dalam setiap kegiatan seni, untuk tahun ini, kita juga ada beberapa ikut event seperti Simpang Odah Etam (SOE), Taman Titik Nol, yang baru ini kita tampil di Pekan Kebudayaan Daerah 2025," paparnya.
Ia berharap, agar para pembina bisa terus memberikan dukungan, agar orkestra ini bisa terus eksis dan berkembang.
"Kami ingin mencetak lebih banyak seniman muda Kutai yang paham jati diri budayanya. Tingkilan harus tetap hidup, tidak hanya sebagai warisan, tapi sebagai identitas," tutupnya. (*zar)