Para penari dari Sanggar Tari Lentera. (Dok Sanggar Tari Lentera)
TENGGARONG, (KutaiRaya.com) : Berawal dari latihan tanpa penerangan di sebuah gazebo kecil dan hanya bermodalkan lampu ubin, dimulainya terbentuk Sanggar Tari Lentera. Dan Sanggar ini melambangkan sebagai simbol semangat yang tak padam.
Sanggar Lentera didirikan pada 15 Mei 2015 oleh sekelompok pemuda pecinta seni yang ingin menjaga warisan budaya Kutai, lentera sendiri dipilih karena momen di mana mereka tetap menari dan berlatih meski hanya diterangi lampu ubin sederhana.
"Waktu itu kami masih belum punya nama, dan kami latihan di gazebo samping SMKN 1 Tenggarong dengan penerangan yang redup, kami hanya memakai lampu ubin saat latihan, walaupun begitus, emangat kami tak pernah rampung, berjalannya waktu saya berpikir kenapa tidak kita beri nama Lentera saja? Karena lampu kecil itu yang menerangi semangat kami," ungkap Bendahara Sanggar Tari Lentera Dian Paramita Nursandi pada Kutairaya.com melalui via telepon, Rabu (10/9/2025).
Tujuan didirikannya Sanggar Tari Lentera adalah sebagai wadah bagi anak-anak dan remaja untuk mengenal serta melestarikan kesenian Kutai Kartanegara, khususnya tarian tradisional Kutai.
"Banyak orang tua mengeluhkan anak-anak mereka terlalu sibuk dengan media sosial, maka kami hadir disni untuk mengalihkan perhatian mereka ke kegiatan produktif, seperti belajar menari dan mengenal budaya Kutai," katanya.
Tak hanya tari, sanggar ini juga memberikan pembelajaran tentang sastra tutur, musik daerah, hingga sejarah budaya Kutai, terutama bagi anak-anak pendatang yang belum mengenal banyak tentang budaya Kutai.
Sanggar Tari Lentera berfokus pada dua dari tiga pilar besar kebudayaan di Kaltim, yaitu tarian pesisir dan tarian pedalaman. Beberapa contoh tarian yang diajarkan seperti tari jepen dari pesisir Kukar, serta berbagai tarian Dayak dari pedalaman seperti Dayak Kenyah, Tunjung, Benuaq sampai Modang.
"Kalau Keraton, kita hanya memahami, tidak sampai membawakan karena itu memiliki struktur tersendiri, tapi untuk pesisir dan pedalaman, kami ajarkan mulai dari dasar," tuturnya.
Saat ini, Sanggar Tari Lentera aktif latihan di Kecamatan Muara Badak, latihan dilakukan rutin 4 kali seminggu, bahkan bisa setiap malam pada saat persiapan lomba atau pertunjukkan. Dan pembinaan dari Sanggar ini dilakukan sejak usia 5 tahun.
"Tantangannya lebih ke edukasi. Karena di Muara Badak ini mereka belum tahu budaya-budaya Kutai, jadi harus diajarkan pelan-pelan dengan pendekatan kreatif. Ada teori, visual bahkan kita ajak ikut lomba ke luar daerah, dulunya kita aktif latihan di Tenggarong, tapi pada saat ini sudah vakum untuk latihannya, tapi untuk penarinya masih ada, jadi jika ada undangan di Tenggarong, mereka akan tampil, "paparnya.
Dukungan dari pemerintah desa dan kecamatan di Muara Badak cukup baik, sanggar ini mendapat bantuan fasilitas seperti kostum dan alat musik yang memadai. Tapi harapan kedepannya, agar perhatian pemerintah bisa lebih ditingkatkan lagi lewat pelatihan dan pembinaan khusus bagi pelaku seni.
"Kami sendiri sudah banyak tampil di kesenian untuk tahun ini, seperti tampil di Eroh Begenjoh yang berlangsung di Malang, East Borneo International Folklore Festival (EBIFF), selain itu dari segi prestasi kita juga punya, seperti juara 1 Festival Merah Putih di Sanga-Sanga, juara 1 Kaltim Paradise yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia dan lainnya, "ungkapnya.
Lebih lanjut, ia berharap, untuk kedepannya agar komunitas seni semakin banyak dan dapat tumbuh dan saling berkolaborasi.
"Harapannya akan ada komunitas seni baru dan bisa saling berkolaborasi dengan semua kesenian yang ada di kukar dan Kaltim khususnya, karena semakin kita banyak berkolaborasi akan sebanyak menciptakan karya-karya baru, " tutupnya. (*zar)