Foto bersama sesudah pembukaan Seminar dan Peluncuran Buku berjudul “Jejak Edi Damansyah Dalam Politik Elektoral: Di Pilih Mayoritas Rakyat Kukar, Di Batalkan MK”, Selasa (09/09/2025).(Foto:Abi/KutaiRaya)
SAMARINDA, (KutaiRaya.com) : Pusat Studi Anti Korupsi (SAKSI) bersama Universitas Mulawarman melaksanakan Seminar dan Peluncuran Buku berjudul “Jejak Edi Damansyah Dalam Politik Elektoral: Di Pilih Mayoritas Rakyat Kukar, Di Batalkan MK”, berlangsung di I Lab, Integrated Laboratory Universitas Mulawarman , Jl. Long Apari, Gn. Kelua, Kec. Samarinda Ulu, Kota Samarinda, Selasa (09/9/2025).
Kegiatan yang digelar tersebut menghadirkan akademisi, praktisi hingga komponen Pilkada 2024 kemarin. Seperti KPU Provinsi Kalimantan Timur, KPU Kab/Kota, Bawaslu Kab/Kota, Rektor seluruh kampus di Kaltim, mahasiswa hingga masyarakat umum.
Rektor Universitas Mulawarman, Prof. Dr. Ir. H. Abdunnur, M.Si., IPU., ASEAN Eng, dalam sambutan yang dirangkai melalui video menyebutkan, bahwa seluruh dinamika pemilihan kepala daerah tentu mempunyai peristiwa yang dapat dijadikan sebagai objek diskursus dalam dunia akademisi.
“Kontestasi Pilkada memang telah selesai, namun topik ini masih akan sangat krusial untuk di diskusikan dalam berbagai diskursus. Seperti periodisasi masa jabatan, terkhusus di Kabupaten Kutai Kartanegara,” ucap Abdunnur melalui Video rekaman yang ditayangkan.
Sebelumnya, Rektor Universitas Mulawarman tersebut tidak dapat menghadiri rangkaian acara, dikarenakan sedang menghadiri Konferensi Antar Bangsa Islam Borneo di IAIN Pontianak, Kalimantan Barat.
Selain itu, dirinya juga memandang bahwa rangkaian dinamika yang terjadi semasa Pilkada, dapat menjadi sebuah narasi literasi yang dibangun berdasarkan tradisi literasi guna memperkokoh pijakan berpikir kedepan.
“Ini bisa menjadi referensi untuk literasi dalam berpikir kedepan. Semoga kampus kami (Unmul), terus menjadi tempat yang nyaman bagi siapa pun untuk mendapatkan asupan ilmu pengetahuan yang layak,” harap Rektor Unmul tersebut.
Diakhir sambutan, dirinya mengutip perkataan Presiden ke-4 RI, KH. Abdurrahman Wahid atau Gusdur. “Perbedaan pendapat itu wajar. Yang terpenting jangan sampai dibawa ke hati”. ucapnya menutup sambutan.
Diwaktu yang bersamaan, inspirator buku tersebut, Edi Damansyah mengatakan, bahwa jika buku yang terbit ini adalah upaya dari dirinya untuk memberikan kontribusi pengetahuan terhadap generasi mendatang, yang akan berkecimpung dalam dunia politik.
“Buku ini terlahir karena hasil bincang-bincang saya dengan saudara saya Om Castro (Herdiansyah Hamzah). Saya tanya ke beliau, kira-kira peristiwa yang saya alami ini apakah bisa disusun menjadi buku. Beliau menjawab, bisa,” ungkap Mantan Bupati Kutai Kartanegara periode 2019-2024 tersebut.
Baginya, pengalaman politik merupakan aset yang berharga dan harus disampaikan kepada generasi muda kedepan. Apalagi, kata dia, tongkat estafet kepemimpinan akan terus bergulir ke generasi muda.
Namun, dirinya juga menegaskan jika buku ini bukan sebagai bentuk perlawanan, tetapi sebagai referensi di bidang hukum dan politik.
“Dan tentu ini bisa menjadi bagian dari kontribusi ilmu pengetahuan khususnya di kampus, jangan sampai nanti ada stigma bahwa ini adalah bentuk perlawanan. Tidak, ini hanya untuk memperkaya referensi khusus di bidang hukum dan politik,” tegasnya saat memberikan sambutan.
Dirinya pun berharap, agar peristiwa-peristiwa yang terjadi pada dirinya saat mengikuti kontestasi politik di Kutai Kartanegara, tidak terulang kembali di masa dan generasi yang akan datang.
“Harapan saya adalah, jangan sampai peristiwa yang saya alami ini terjadi lagi di generasi yang akan terjun ke politik nantinya. Karena kami mengalami korban tafsir hukum,” harapnya.
Diakhir sambutan, pria paruh baya yang menahkodai Kukar dalam periode sebelumnya berharap, agar buku tersebut dapat mampu menggugah nalar berpikir dan acuan referensi hukum dan politik, sebagai bekal generasi muda dalam mengarungi dunia politik kedepan. (*Abi)