Seniman Tarsul Kukar Saiful Anwar.(Foto:Andri Wahyudi/KutaiRaya)
TENGGARONG (KutaiRaya.com) : Perkembangan salah satu kesenian di Kutai Kartanegara (Kukar) yakni tarsul semakin eksis dikalangan masyarakat. Kesenian ini sudah akrab ditelinga masyarakat pada setiap kegiatan kebudayaan, dengan alunan irama yang mendayu dan merdu membuat siapa saja merasa kagum.
Apalagi tarsul sudah masuk Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia ini pada tahun 2022 lalu. Tarsul identik dengan agama Islam, karena memiliki syair dan bait-bait sastra yang berisi tentang nasihat kehidupan dalam beragama.
Dan dengan dukungan berbagai pihak, terutama pemerintah dalam mengenalkan dan memperkenalkan tarsul kepada peserta didik dari tingkat SD hingga SMA, menjadi daya dukung yang kuat sehingga tarsul kini semakin eksis.
Diketahui bahwa kesenian tarsul adalah sejenis pantun dengan syair yang saling berbalas-balasan. Sama seperti pantun, syair pada bait pertama atau tar adalah menanyakan sesuatu, sementara pada bait selanjutnya adalah jawaban dari bait pertama. Tarsul sendiri masih terpelihara dengan baik oleh masyarakat dan biasanya diselenggarakan diberbagai upacara atau festival kesenian adat.
Seniman tarsul senior, Saiful Anwar (56) dari Tenggarong mengungkapkan, bahwa pengembangan tarsul di Kukar sudah ada kemajuan dari tahun-tahun yang dulu. Dan saat ini tarsul sudah masuk ke sekolah-sekolah, bahkan ke masyarakat umum.
"Alhamdulillah, kesenian etam (kita,red) dari Kutai semakin banyak dikenal oleh masyarakat. Baik dari kegiatan-kegiatan kebudayaan atau lomba-lomba di sekolah," ungkap Saiful Sabtu (6/9/2025).
Saiful mengaku, sudah menekuni kesenian tarsul sejak tahun 1980 an, kemudian mulai rame-ramenya itu tahun 1990 sampai ke tahun 1999. Seiring perkembangan zaman tarsul terus mengalami perubahan. Ada perbedaannya, kalau dulu itu tentang pembuatan sairnya mengenai masalah nasihat-nasihat dan cara pembuatan-pembuatan sairnya.
Sedangkan sekarang ini sifatnya memakai rima (pengulangan), ada rima AA, ada BB, ada AAB. Kalau yang dulu, hanya rima AA saja. Sekarang lebih ada variasi, ada sedikit menyangkut dengan syair pantun-pantun.
"Harapan kami, supaya tarsul itu tidak akan hilang, tidak akan mati jadi tetap terus berkembang, berjaya. Kalau perlu itu daerah-daerah ada juga kesenian tarsul," tukasnya. (Dri)