• Jum'at, 12 September 2025
logo
DPRD Provinsi Kalimantan Timur



MTS Pondok Pesantren Karya Pembangunan Rhibatul Khail Tenggarong.(Achmad Rizki/Kutairaya)


TENGGARONG, (KutaiRaya.com): Buntut peristiwa pencabulan santri yang terjadi di pondok pesantren berdampak terhadap keinginan masyarakat untuk menyekolahkan putra putrinya di pondok pesantren menurun.

Salah satu warga Desa Rapak Lambur Kecamatan Tenggarong, Hasmiati memilih menyekolahkan anaknya di bawah naungan Pondok Pesantren Karya Pembangunan (PPKP) Rhibatul Khail, namun tidak untuk memondok hanya belajar seperti sekolah pada umumnya.

Pilihan ini diambil mengingat ponakannya telah menjadi korban tindakan penyimpangan, di salah satu Pondok Pesantren Tenggarong beberapa tahun yang lalu.

Perbuatan menyimpang ini, membuat para orang tua berfikir untuk memasukan anaknya di lembaga pendidikan, khususnya dibidang keagamaan. "Saya merasa khawatir, tapi berusaha memantapkan dan percaya sekolahan yang dipilih saat ini, bisa menjaga amanah dan mencetak generasi berkualitas," ucap Hasmiati, kepada Kutairaya.com, Sabtu (23/8/2025).

Agar tak terjadi hal yang tidak diinginkan, ia secara rutin melakukan koordinasi dengan pihak sekolah dan memastikan kondisi anak baik baik saja.

"Saya sering melakukan koordinasi dengan tenaga pendidik di Ponpes PPKP, ini bagian dari pengawasan orang tua untuk menjaga anaknya," ujarnya.

Dirinya berharap, kasus pelecehan dan pencabulan di lembaga pendidikan, tidak terulang kembali. Perlu pengawasan ketat oleh lembaga pendidikan itu sendiri.

Sementara itu Sekretaris Yayasan Pondok Pesantren Karya Pembangunan (PPKP) Rhibatul Khail, H Ahdar Rivai menjelaskan, sangat menyayangkan atas tindakan pelecehan atau pencabulan yang pernah terjadi di lembaga pendidikan. Ini mencoreng dunia pendidikan yang ada di Kukar.

"Terlebih di pemberitaan itu tidak menyebutkan nama lembaga pendidikan dengan jelas, jadi lembaga pendidikan yang lainnya terkena imbasnya," jelas H Ahdar Rivai.

Pihaknya telah memastikan bahwa Yayasan PPKP yang menanungi 3 pendidikan yaitu, Madrasah Tsanawiyah (MTS), Madrasah Aliyah (MA) dan Kepesantrenan dilakukan pengawasan ketat.

"Pengawasan terhadap tenaga pengajar dilakukan secara ketat dan melakukan evaluasi setiap saat. Bahkan kita memiliki satpam yang siaga 24 jam dan setiap kamar ada pembina asramnya," tegasnya.

Ia mengaku, dengan munculnya berita pencabulan di salah satu Ponpes Tenggarong Seberang belum lama ini. Pihaknya langsung menyampaikan informasi kepada seluruh orang tua bahwa lembaga PPKP tak pernah melakukan tindakan penyimpangan.

"Kami juga sudah memberikan imbauan kepada orang tua siswa, untuk tetap tenang dan jangan sampai orang tua ini terpengaruh atas berita tersebut, sehingga menarik anaknya atau memindahkan sekolah," ungkapnya. (ary)



Pasang Iklan
Top