Para atlet gulat saat berlatih.(Foto:Siti Khairunnisa/Kutairaya)
SAMARINDA, (Kutairaya.com): Sejarah gulat di Samarinda tidak bisa dilepaskan dari nama almarhum Saleh Basire. Dialah yang pertama kali membawa olahraga ini dari Balikpapan ke Kota Tepian sejak era 1970-an. Dari tangan Saleh, tradisi gulat mulai berkembang hingga kini melahirkan generasi ke-7.
“Pak Saleh itu generasi pertama, saya termasuk generasi ketiga. Sekarang sudah ada generasi kelima sampai ketujuh. Jadi bisa dibilang gulat Samarinda ini tumbuh terus karena diwariskan dari senior ke junior, bahkan dari keluarga ke keluarga,” ujar pelatih gulat Samarinda, Buyamin, Jumat (22/8/2025).
Buyamin menegaskan bahwa Samarinda masih menjadi pusat kekuatan gulat di Kalimantan Timur. Bukan hanya karena jumlah atletnya yang mencapai ratusan, tetapi juga karena peran lembaga pendidikan olahraga.
“Dominannya itu anak-anak Samarinda. Apalagi ada sekolah khusus olahraga (SKOI) dan PPLPD yang ikut menyuplai atlet. Jadi perkembangan gulat di Samarinda luar biasa, bahkan bisa menyuplai ke daerah lain saat ada event,” jelasnya.
Salah satu keunikan gulat di Samarinda adalah faktor keluarga. Banyak atlet lahir dari jalur keturunan anak, cucu, bahkan keponakan mantan pegulat. Hal inilah yang membuat regenerasi tidak pernah terputus.
“Cucu saya umur enam tahun sudah main gulat, bahkan yang umur tiga tahun pun sudah ikut bermain-main di matras. Karena orang tuanya, kakeknya yang membawa, otomatis mereka suka,” katanya.
Namun, ia tak menampik ada persoalan jika atlet tidak berasal dari jalur keluarga. Banyak lulusan SKOI yang akhirnya berhenti karena tidak ada wadah lanjutan.
“Kalau bukan keturunan, susah memanagenya. Mereka banyak yang berhenti setelah lulus karena tidak ada lembaga yang menampung, seperti PPLM untuk mahasiswa. Akhirnya ada yang pindah ke cabor lain seperti sambo, kurash, atau kabaddi. Tapi buat saya itu tidak masalah, yang penting mereka berprestasi,” tambahnya.
Dari sisi prestasi, gulat Samarinda terus mengharumkan nama daerah, bahkan di level nasional.
“Kalau prestasi sudah enggak usah ditanyakan. Sekarang saja ada lima atlet gulat di Pelatnas, empat di antaranya dari Samarinda. Mereka bahkan latihan di Korea,” ungkapnya.
Ia juga menyebut banyak atlet gulat yang berhasil menyumbangkan medali emas di cabang bela diri lain di ajang PON, karena dasar teknik dan fisik gulat yang dianggap sangat lengkap.
Perjalanan panjang gulat di Samarinda juga mendapat sokongan pemerintah. Dari penyediaan fasilitas, pembinaan lewat SKOI dan PPLPD, hingga dukungan event seperti Piala Gubernur.
“Pemerintah selalu mendukung, baik lewat akademi, SKOI, maupun event resmi. Itu jadi salah satu alasan kenapa gulat di Samarinda tetap hidup sampai sekarang,” jelasnya.
Meski demikian, ia menilai tantangan besar justru datang dari bagaimana mengelola regenerasi agar tidak berhenti hanya di level sekolah.
“Kalau bisa ada wadah lanjutan untuk atlet muda, regenerasi makin kuat. Tapi sejauh ini Samarinda tetap jadi barometer gulat Kaltim,” pungkasnya. (skn)