• Selasa, 16 September 2025
logo
DPRD Provinsi Kalimantan Timur



Gedung RSUD Abdul Wahab Sjahranie (AWS) Samarinda.(Foto:Istimewa)


SAMARINDA(KutaiRaya.com) Seorang pasien RSUD Abdul Wahab Sjahranie (AWS) Samarinda berinisial US, warga Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara, ditemukan meninggal dunia dalam kondisi tergantung di ruang perawatan Asoka nomor 2002, Minggu (06/07/2025) sore, sekitar pukul 17.46 WITA.

Informasi itu disampaikan Kepala Unit Reserse Kriminal Kepolisian Sektor (Kanit Reskrim Polsek) Samarinda Ulu, Ipda Eko Harianto, yang menangani langsung laporan kejadian tersebut.

"Pada pukul 17.46, saksi 1 mengontrol ruangan dan saksi melihat korban sudah tergantung di jendela ventilasi kamar," jelas Ipda Eko usai olah TKP.

Ia juga mengatakan, saksi 2 yang merupakan anak korban dihubungi oleh pihak perawat rumah sakit dan diberitahu bahwa almarhum ditemukan sudah tidak bernyawa, sehingga langsung datang ke rumah sakit.

Kemudian, hasil keterangan saksi 2, Ipda Eko mengungkapkan bahwa korban memiliki riwayat penyakit gagal ginjal, komplikasi, dan sering mengalami depresi akibat penyakit yang dideritanya.

"Menurut keterangan saksi anak korban, korban mempunyai riwayat penyakit gagal ginjal, komplikasi, dan sering depresi dengan penyakitnya," ucapnya.

Korban juga pernah menyampaikan kepada anaknya bahwa ingin mengakhiri hidup karena merasa tidak tahan dengan rasa sakit yang dialami dan khawatir menjadi beban keluarga.

"Almarhum juga pernah bercerita bahwa ingin mengakhiri hidupnya karena sudah tidak tahan dengan sakitnya, juga membebani keluarga anak-anaknya," lanjutnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Timur, Jaya Mualimin, mengatakan bahwa laporan awal sudah ia terima dari Plt Direktur RSUD AWS terkait peristiwa tersebut.

"Pasien yang sedang dirawat tentu menjadi tanggung jawab rumah sakit ya. Kemudian kemarin juga dilaporkan oleh Plt direktur kepada saya. Memang pasien ini kan mengalami, mungkin didiagnosa sebagai penderita kanker," ujar Jaya, saat dikonfirmasi, Senin (07/07/2025).

Ia menambahkan, beberapa obat untuk penyakit kanker dapat menyebabkan efek seperti kerontokan rambut, yang bisa memengaruhi kondisi emosional pasien dan menimbulkan rasa sedih yang mendalam.

"Kalau kita liat teori-teori mereka yang mengalami kanker, memang punya resiko-resiko merasa putus asa, tidak bahagia. Karena pengobatannya juga susah, ada obat-obat kanker yang bisa menyebabkan rontok rambut, akhirnya suasana perasaan mungkin merasa sedih," tambahnya.

Namun ia menegaskan bahwa dugaan atau kemungkinan lain akan diserahkan kepada penyelidikan hukum.

"Kalau sisi negatif kita serahkan ke aparat penegak hukum yang sudah menangani ini, apakah ada unsur kesengajaan dari orang lain. Misalnya ada, akan ada dari hasil visum. Kita tunggu saja," terangnya.

Ia juga menuturkan bahwa hasil visum masih menunggu, dan dirinya belum menerima informasi rinci mengenai kondisi ruang perawatan korban.

"Karena laporan dari Plt direktur akan di visum. Kalau di perawatan pasti ada penjaga dan CCTV-nya. Saya belum mendapat laporan apakah dia sendiri atau bagaimana," pungkasnya. (skn)



Pasang Iklan
Top