
Pengurus Kekraf di ajang AWUH.(Foto: Dok. Kekraf Kukar)
TENGGARONG, (KutaiRaya.com) : Acara Wadah Urang Hulu (AWUH) hadir sebagai ruang baru untuk mewadahi kesenian sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif di Kecamatan Kota Bangun.
Kegiatan ini menjadi ajang bagi pelaku seni, UMKM, dan masyarakat untuk menampilkan potensinya yang ada di wilayah hulu.
AWUH merupakan replika dari acara Simpang Odah Etam (SOE) yang selama ini rutin digelar di Tenggarong.
Perbedaannya sendiri, AWUH lebih fokus mengangkat kesenian, budaya, serta produk ekonomi kreatif yang berasal dari wilayah Hulu, khususnya di Kecamatan Kota Bangun dan sekitarnya.
Wakil Ketua Komite Ekonomi Kreatif (Kekraf) Kota Bangun, Akhmadi menjelaskan, AWUH pertama kali diresmikan pada 29 November 2025 lalu dan langsung mendapat sambutan yang antusias dari masyarakat.
"AWUH ini baru pertama kali kita laksanakan tanggal 29 November 2025, dan alhamdulillah antusias masyarakat juga menyambut luar biasa," ujarnya pada Kutairaya.com, Kamis (18/12/2025).
Ia menerangkan, konsep AWUH ini mengadopsi agenda Simpang Odah Etam yang ada di Tenggarong.
"Ini duplikasinya SOE, tapi yang membedakan adalah tenan dan talenta yang kita tampilkan. Semuanya kita fokuskan dari tanah Hulu dulu," sebutnya.
Dalam setiap pelaksanaan AWUH, masyarakat disuguhkan berbagai pertunjukan seni dan budaya.
Nantinya akan ada AWUH pada Sabtu 20 Desember 2025 dengan penampilan Tarsul daril Farhan, pertunjukan tingkilan dari Lepak, tarian dari anak-anak TK dan SD, hingga penampilan Cucu Cici Dharma dari Desa Loleng yang sempat viral di media sosial.
"Kesenian yang kita tampilkan benar-benar dari daerah Kota Bangun dan wilayah hulu. Ke depannya bisa saja kita kolaborasi dengan daerah lain, tapi saat ini kita fokus yang dekat dulu," katanya.
Ia menilai, perkembangan seni di Kota Bangun sebenarnya sudah cukup baik. Beberapa sanggar seni bahkan telah eksis sejak lama dan tampil di berbagai event besar.
"Pengembangan seni di Kota Bangun sudah cukup optimal. Ada sanggar seperti Sri Bangun Art yang eksis sejak 2017 dan terus dibina. Mereka bahkan sempat tampil di event nasional di Teras Samarinda," ungkapnya.
Tapi menurutnya tantangan yang saat ini dihadapii, masih minimnya ruang dan agenda rutin untuk mewadahi kesenian tersebut.
"Kalau di Tenggarong banyak event besar seperti Erau dan lainnya. Di Kota Bangun masih jarang dan lokasinya juga terbatas. Karena itu AWUH hadir sebagai solusi," paparnya
Pihaknya kedepannya akan merencanakan, AWUH tidak hanya digelar di Kota Bangun Induk, tetapi juga akan menyebar ke desa-desa. Setiap desa nantinya akan memiliki versi AWUH masing-masing yang dilaksanakan sebulan sekali.
"Rencana kami, nanti Desa Liang, Sangkuliman, Liang Ulu dan desa lainnya bisa mengadakan AWUH versi masing-masing. Panitianya dari desa dan Pokdarwis, sementara Kekraf membantu fasilitas seperti tenda dan sound system," katanya.
Untuk AWUH sendiri telah disepakati akan digelar dua minggu sekali.
"Harapan kami, AWUH bisa semakin eksis. Kalau sudah sukses di Kota Bangun Induk, kita sebar ke desa-desa. Kedepannya juga kami ingin ekonomi kreatif ini bisa berdiri lebih besar, bahkan membentuk manajemen sendiri sebagai wadah pemuda dan seluruh pelaku kesenian di Kota Bangun," tukasnya. (*zar)