
Pelatih Kontingen Kukar pada ajang POPDA, Arifin Noor.(Achmad Nizar/Kutairaya)
TENGGARONG, (KutaiRaya.com) : Arifin Noor, seorang pria berusia 51 tahun, merupakan sosok yang telah mendedikasikan sebagian besar hidupnya untuk dunia sepak bola di Kutai Kartanegara.
Lahir di Kecamatan Muara Kaman dan kini menetap di Tenggarong, Arifin dikenal sebagai pelatih yang tekun membina pemain muda di SSB Pemuda Tenggarong, sebuah sekolah sepak bola yang berada di bawah naungan Askab PSSI Kukar dan mendapat dukungan dari Dispora Kukar.
Arifin sendiri sudah berhasil melatih para atlet yang berkualitas dari usia dini dengan tujuan jangka panjang, untuk itu sudah banyak kejuaraan yang berhasil diperoleh dari didikan dirinya, salah satunya kejuaraan yang baru rampung yakni POPDA, dimana Kontingen Kukar berhasil membawa pulang medali emas setelah sekian lama.
Perjalanan Arifin di dunia kepelatihan dimulai pada tahun 2002. Saat itu, ia bergabung dengan SSB Gerbang Dayaku. Seiring berjalannya waktu, ia bersama dua rekannya Coach Pepen dan almarhum Coach Remon sepakat mendirikan SSB Pemuda Tenggarong.
Berangkat dari satu visi, mereka ingin mencetak pemain-pemain lokal yang berkualitas dan siap bersaing. Baginya, pembinaan pemain tidak bisa berjalan tanpa proses.
"Pemain lokal tidak bisa tumbuh dengan sendirinya tanpa kita latih. Peran pelatih dan orang tua sama-sama penting," ujar Arifin pada Kutairaya.com di Stadion Rondong Demang, Kamis (4/12/2025).
Ia menekankan, dalam metode latihan yang baik, serta dukungan orang tua tanpa terlalu mencampuri urusan teknis, adalah kunci perkembangan pemain muda.
Sebelum menjadi pelatih, Ia merupakan pemain sepak bola yang aktif di berbagai kompetisi daerah. Ia memulai karier dari klub lokal di Kutai Kartanegara.
Ia pernah memperkuat MHU, yang merupakan klub Liga 1 Kutai Kartanegara pada masanya. Setelah itu, kariernya berkembang hingga ia bermain untuk Putra Samarinda di kompetisi Liga Divisi Satu.
"Saya juga dulu pernah bergabung dalam Training Center (TC) Pra PON Kaltim dan menjadi pemain Kaltim pada usia 14 tahun," sebutnya.
Pastinya saat dirinya sebagai pelatih, ia telah memiliki lisensi kepelatihan mulai dari tingkat D hingga pernah mengikuti program lisensi B Nasional.
Pada ajang POPDA terbaru, tim yang dilatih Arifin berhasil meraih medali emas untuk Kutai Kartanegara. Hasil ini menjadi kebanggaan besar bagi dirinya dan para pemain. Namun ia menegaskan, bahwa kemenangan bukan akhir dari proses.
"Saya selalu pesan kepada pemain agar tidak berhenti sampai di sini. Kalau mau sukses, harus tetap fokus dan bekerja keras. Kita tidak kalah dengan daerah lain," tuturnya.
Beberapa pemain binaannya kini bahkan telah bergabung dengan Borneo FC U-20, sebuah bukti bahwa kerja keras dan proses panjang mulai membuahkan hasil.
Menurutnya, membentuk tim bukanlah hal mudah. Tantangan terbesar datang pada fase remaja, terutama saat pemain memasuki jenjang SMA. Banyak pemain yang kehilangan fokus akibat berbagai keadaan.
"Saya tanamkan saling menghargai. Mereka harus menghargai pelatih, dan saya pun menghargai mereka sebagai pemain," katanya.
Ia juga mengingatkan, dalam keberhasilan ini tentunya pihaknya, membutuhkan proses panjang, bukan sesuatu yang instan.
"Kita sudah membentuk tim dari lama, rata rata sebagian atlet merupakan hasil didikan kita sejak umur 10 tahun, dan persiapan sebelumnya kita sudah melakukan persiapan pada bulan Januari 2025," tambahnya.
Dalam melatih, ia memegang teguh dan menanamkan prinsip ini kepada atlet seperti disiplin, kerja keras, tidak mudah menyerah, tidak sombong.
Menurutnya, nilai-nilai itulah yang akan membawa pemain menuju kesuksesan, baik dalam sepak bola maupun kehidupan.
Saat ini, SSB Pemuda Tenggarong memiliki sekitar 150 pemain dari berbagai kelompok usia. Ia mengaku lebih senang membina pemain usia dini karena ia paham betul bahwa perkembangan perlu waktu panjang.
"Juara itu hanya bonus. Yang utama adalah proses dan membentuk karakter anak-anak," imbuhnya.
Arifin juga menyampaikan terima kasih atas dukungan dari Dispora Kukar serta Askab PSSI Kukar, khususnya kepada Ketua Askab, yang telah memberikan kepercayaan dan fasilitas untuk perkembangan sepak bola usia dini di daerah.
"Pastinya tanpa dukungan dari berbagai pihak, kita tak mungkin bisa hingga saat ini, kita pastinya mengucapkan terimakasih sebesar besarnya kepada Pemerintah Daerah, " ujarnya.
Setelah keberhasilan di POPDA, kini ia fokus pada persiapan menuju Porprov 2026, di mana sebagian skuad POPDA saat ini akan menjadi tulang punggung tim. Kutai Kartanegara juga bertekad mempertahankan medali emas yang diraih sebelumnya.
"Karena kita pada ajang Porprov 2022 di Berau meraih emas, kita nantinya tidak akan mengikuti Babak Kualifikasi Porprov dan akan langsung menuju ke ajang Porprov 2026," tutupnya. (*zar)