
Peserta Workshop mengikuti materi dari narasumber.(Foto: Achmad Nizar/Kutairaya)
TENGGARONG, (KutaiRaya.com) : Workshop Olah Tubuh Kreativitas Tari digelar sebagai upaya memperkuat rasa dan makna dalam pertunjukan tari yang selama ini dinilai kuat secara visual, namun masih kurang dalam kedalaman penghayatan di Kukar.
Kegiatan ini akhirnya bisa direalisasikan bulan ini setelah beberapa bulan direncanakan, dan dilatarbelakangi dari kegelisahan para pelaku seni dan pemerintah daerah mengenai perlunya peningkatan kualitas pertunjukan tari di Kutai Kartanegara, sebelumnya kegiatan ini digagas oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kukar yang diisi oleh ISBI Kaltim
Workshop ini menghadirkan narasumber Plt. Rektor ISBI Kalimantan Timur Drs. Rina Martiara,bersama tim fasilitator dan pengajar dari ISBI Kaltim yang telah berkompeten dalam bidang teori olah tubuh. Selain itu, sesi praktek tari akan diisi oleh Rini Utami untuk membimbing peserta dalam gerak dan pendalaman rasa.
Narasumber Kegiatan Rini Utami menjelaskan pendekatan yang digunakan saat ini lebih mengarah pada studi kinestetik, yaitu proses mengolah tubuh tidak hanya sebagai fisik semata, tetapi juga sebagai ruang rasa.
"Dalam tari, penting bagi penari untuk memahami makna setiap gerak. Bukan sekadar menggerakkan tubuh, tetapi merasakan dan menghayati," ujar Rini pada Kutairaya.com di Ladaya lokasi Workshop, Senin (1/12/2025).
Workshop ini terselenggara atas kerja sama ISBI Kaltim, baik dalam penyediaan pemateri, fasilitator hingga proses produksinya. Kegiatan diikuti oleh 35 peserta, terdiri dari mahasiswa ISBI, komunitas seni, guru serta perwakilan sanggar tari.
Jumlah peserta dibatasi agar proses pembelajaran lebih efektif, namun antusias masyarakat dinilai cukup tinggi. Bahkan, beberapa siswa yang ingin bergabung harus batal karena bertepatan dengan jadwal ujian.
Antusias peserta semakin meningkat setelah sesi pembukaan yang diisi materi teori dan motivasi dari Rektor ISBI Kaltim. Peserta diajak memahami bahwa tari bukan sekedar hiburan, tetapi memiliki nilai ekonomi dan dapat menjadi profesi yang menjanjikan.
"Tari itu berharga. Bukan hanya sampingan, tapi bisa menjadi pekerjaan yang mampu menghidupi," sebutnya.
Kegiatan ini berlangsung di Ladaya dan akan berakhir pada 3 Desember 2025. Menjelang akhir kegiatan, peserta akan menampilkan hasil pembelajaran melalui presentasi koreografi.
Mereka dibimbing untuk menciptakan rangkaian gerak kreatif yang memadukan teknik, rasa, dan konsep artistik yang telah dipelajari. Koreografi yang dihasilkan nanti akan ditampilkan sebagai bentuk pencapaian mereka selama mengikuti workshop.
"Proses olah tubuh tidak bisa instan. Perlu yang namanya konsisten. Kami berharap kegiatan seperti ini dapat terus dilaksanakan agar regenerasi di dunia tari tetap berjalan," tukasnya. (*zar)